Senin, 02 Januari 2017

Menjadi Ayah Bagi Para Mujahid Kecil

📣Ust. Dwi Budianto
🏠IBF-Gor UNY, 02 januari 2017
📝@ArtiTeja

💖Menjadi Ayah Bagi Para Mujahid Kecil💖

👍Laki-laki itu anak muda (11th) ia berdiri mewakili kabilah Bani Hasyim,  laki-laki muda ini memberanikan diri untuk angkat bicara ketika diragukan kehadirannya "Ya Khalifah jika takaran dan ukuran itu dinilai dari usianya maka menurut saya anda tak layak menjadi Khalifah karena masih banyak yang lebih tua dari anda. Takaran seseorang itu terletak pada hati dan ucapannya bukan usia."

📌Proses penanaman jati diri seharusnya tuntas pada masa baligh.

💡QS. Al-Imron: 33
Ada 4 figur keluarga yaitu Adam, Nuh,  keluarga Ibrahim,  dan keluarga Imran.
✔3 diantaranya nabi, 1 bukan nabi.
✔2 disebut sebagai person,  2 sebagai team keluarga.
✔Tetapi ke-4 nya adalah para Ayah.
✔Kenapa Adam dan Nuh tidak disebut satu kesatuan keluarga karena Nabi Adam punya catatan tentang anaknya dan Nabi Nuh punya catatan tentang anak dan istrinya.

✅Anak adalah ujian sekaligus anugerah dari Allah SWT.
✅Bukan karena kita pakar parenting dan komunikasi kita baik lantas anak menjadi baik,  semua kembali kepada hidayah Allah.
✅Semuanya menjadi ladang pahala untuk orangtua baik anak itu sudah sholeh ataupun belum.

🌟Kita punya tanggung jawab yang besar untuk menumbuhkan anak-anak maka kita harus punya kompetensi dalam mendidik mereka, bukan lantas hasilnya pasti sholeh tetapi proses yang dijalani menjadikan proses yang terbaik.
🌟Anak-anak bukanlah sebuah titik tetapi sebuah koma.

🔸Ayah🔸
"Ab" atau "Walidah"
Kita diminta untuk berbuat baik kepada kedua orangtua (Walidaini).
(Ummahat)  Sesungguhnya surga itu dibawah telapak kaki ibu.
"Ab" lebih kepada keayahan. Menjadi seorang bapak/Ayah itu lebih sederhana, menjadi seorang Abah/Karakter seorang Ayah tidak semua memiliki.
Apapun kenyataan orangtua kita,  kita wajib berbuat baik kepada mereka.

🌠Menjadi seorang Ayah itu harus dibarengi dengan kesadaran dalam menjalankan proses yang sesuai syariat.
🌠Sebagai seorang ayah perlu tahu bahwa peran pengasuhan harus dipegang oleh kedua belah pihak yaitu Ayah dan Ibu.
🌠Anak-anak yang dibesarkan tanpa keterlibatan Ayah mereka tidak cukup punya keberanian untuk membangun interaksi sosial dengan orang lain/bersosialisasi (Penelitian Dosen UGM).
🌠Kehadiran seorang Ayah menjadi penting dalam pengasuhan dan proses pertumbuhan anak-anak.
🌠Kehadiran Ayah bukan seperti baby sister (kesadaran pengasuhan tetap pada ibu/kalau ibu repot baru membantu), Ayah harus terlibat secara penuh yaitu:
1. Harus memiliki visi yang jelas tentang pengasuhan,  tentang keluarganya,  tentang anak-anaknya (Keluarga ini mau dibangun seperti apa?) 🔀 Visi seperti kita naik pesawat terbang (ada visi,  rute,  tujuan), ditengah perjalanan memungkinkan ada jalan berkelok tetapi ketika punya tujuan yang pasti,  visi yang jelas akan memungkinkan kembali ke jalan yang lurus sesuai dengan visi. (Nabi Ibrahim,  QS Al-Baqarah:  )
2. Prinsip yang harus dipegang teguh oleh Ayah (tauhid, akhlak, aqidah).
3. Ayah harus membangun kelekatan (bonding) dengan anak-anak, contoh: Ummayah bin Al-Azkar yang sudah tua sangat ingin ikut serta berperang dalam perang yarmuk, ketika anaknya mendaftarkan diri dalam perang Ayahnya sempat lama memberikan ijin meski pada akhirnya anaknya berangkat perang.  Pada suatu saat Ummayah rindu pada anaknya lalu beliau membuat sajak yang dititipkan pada sebuah burunga dan berita kesedihan Ummayah sampailah kepada Umar bin Khattab. Berkat Umar anaknya pulang ke Madinah dan Umar bertanya kepada sang anak apa yang sudah engkau lakukan kepada Ayahmu, "Aku sangat cinta pada Ayah,  setiap sore aku selalu memeraskan susu untuk Ayah". Tanpa Ayahnya tahu keberadaan anaknya hanya disuguhi segelas susu, sang Ayah sudah tahu dan merasa bahwa anak ada di sampingnya.  MasyaAllah. 🔸Kedekatan kepada anak itu mudah dibangun asal fokus. 🔸Kedekatan sepenuh kedekatan. 🔸Orangtua juga harus expresif dalam membangun kedekatan.
4. Libatkan anak-anak dalam aktivitas dakwah dan tarbiyah, contoh:
🔹QS Al-Baqarah: 127, Ismail dilibatkan dalam kegiatan Ibrahim.🔹Muh Al-Fatih sejak awal terobsesi dengan visi Ayahnya.

♦Kita harus menyadari bahwa berhadapan dengan anak-anak harus selalu mempunyai harapan terus-menerus (buku generasi Sholahudin Al-Ayubi).
♦Kita siapkan anak-anak yang kokoh dan kuat.
♦Adakalanya ada hal yang kita anggap jelek tetapi nyatanya berbuah kebaikan.
♦Proses kesadaran itu muncul dalam keterlibatan.
♦Dengan kelekatan akan memudahkan kita untuk menasihati anak-anak.

🍃Bagaimana jika sosok Ayah tidak hadir:
👉 Ketidakhadiran sebagai sesuatu yang tidak bisa ditolak lagi (meninggal) tetapi anak tumbuh kokoh karena peran ibu yang sangat luar biasa,  contoh: Imam Syafii.
👉 Hal yang terpenting dalam konteks ko-parenting adalah evaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak secara periodik. Ini diperlukan untuk tindaklanjut perlakuan.
👉  Ketidakhadiran peran Ayah betul-betul hilang karena Ayah mengabaikan peran pengasuhan. Maka harus diluruskan/diingatkan lagi bahwa peran Ayah sangat penting bagi pertumbuhan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar