Rabu, 27 September 2017

Menjadi Pendidik Yang Militan

📢 Ust. Ransi Al Indragiri
🏡 STPI Bina Insan Mulia, 27/10/2017
📝 @ArtieTeja

🍃Menjadi Guru/Pendidik Yang Militan🍃

Mengajar tidak harus dengan metode ceramah, bisa dengan metode tanya jawab,  dll.

Militan = kokoh,  teguh,  istiqomah, rendah hati,  tidak mudah menyerah.

👉QS.Al-Imron: 110
Setiap umat nabi Muhammad SAW tugasnya sama dengan nabi yaitu mengajar pada yang makruf dan mencegah pada yang munkar.

👉Guru di bagi menjadi 3 kelompok:
1. Guru melalui lisan/kata-kata
2. Guru melalui tulisan (buku/tulisan tidak lekang oleh zaman)
3. Guru  melalui perbuatan (teladan)

♦Guru yang militan adalah guru yang lisan,  tulisan,  dan perbuatan seiring/sama.
♦Kita semua adalah guru.
♦Apa yang kita tanam hari ini adalah apa yang kita peroleh esok hari.
♦Siapkan diri menjadi guru yang hebat dan benar sesuai ajaran Islam yaitu sesuai dengan dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah selalu belajar,  belajar,  dan belajar.. mengajar,  mengajar,  dan mengajar.

Rasulullah tidak pernah gengsi meski harus belajar dengan orang yang lebih muda,  seperti waktu Perang Khandaq beliau menerima pendapat Salman Al Farisi yang lebih muda dari Beliau tentang lokasi basecamp.

👇Seberapa militan Rasulullah dalam mengajar:
1. Beliau mengorbankan waktu sepenuhnya untuk orang yang membutuhkan pembelajaran (totalitas waktu).
2. Disiplin waktu,  tanpa lupa berdoa setiap melakukan dan menyudahi melakukan segala sesuatu.
3. Rela berkorban (waktu dan materi/harta), Beliau tidak pernah menghitung-hitung atas apa yang beliau keluarkan.
4. Kreatif dan inovatif,  mampu memunculkan ide-ide yang membangun. Rasulullah menggunakan segala metode pembelajaran dan Rasulullah mampu melihat kondisi.
5. Istiqomah (terus menerus dan tidak putus asa).
6. Sabar, Rasulullah mengajar tidak pernah dengan kekerasan. Ciri-ciri sabar, yaitu: (a) Jiwanya tidak resah/jiwanya tenang, (b) Lisannya tidak mudah berkeluh kesah, dan (c) Raga tidak mudah kacau.
7. Do'a, segala yang kita lakukan tidak terlepas dari do'a.

Imam Malik adalah guru Imam Syafi'i, untuk terlaksananya proses pembelajaran beliau sampai menjual kayu rumahnya.

🔸Ibnu Abbas: "karomah anak cucu Adam adalah istiqomah".
🔸Imam Syafi'i: "karomah paling hebat adalah istiqomah".

💙Kesuksesan/kebaikan dunia dan akhirat adalah faqih dalam ilmu agama.
💖Anda tidak akan rugi menjadi militan,  tidak akan miskin menjadi militan justru hidup akan di mudahkan dengan militan.

🔰Ada tempat dimana kita lembut,  ada tempat dimana kita tegas.
Tegas itu bukan marah.
🔰Guru sehebat apapun ketika pendidikan orangtua tidak hebat maka anak tidak akan hebat.
🔰Sekolah ingin sukses mau tidak mau orangtua harus dilibatkan.

Senin, 25 September 2017

Cara Cerdas Menghukum Anak

```CARA CERDAS MENGHUKUM ANAK```

*Oleh: Dr. Jasim Muhammad Al-Muthawwa'*
_*(Pakar Parenting dari Kuwait)*_

Seorang ibu berkata: _"Saya memiliki dua orang anak, pertama berusia 6 tahun dan yang kedua 9 tahun, saya bosan terlalu sering menghukum mereka karena hukuman (iqob) tidak ada manfaatnya, kira-kira apa yg harus aku lakukan?"_

Saya berkata: _"Apakah anda sudah mencoba metode memilih hukuman?"_

Ibu tersebut menjawab: _"Saya tidak  paham, bagaimana itu?"_

Saya jawab: _"Sebelum saya jelaskan metode ini, ada sebuah kaidah penting dalam meluruskan perilaku anak yang harus kita sepakati, bahwa setiap jenjang usia anak memiliki metode pendidikan tertentu. Semakin besar anak akan membutuhkan  berbagai metode dalam berinteraksi dengannya. Namun, anda akan mendapati bahwa metode memilih hukuman cocok untuk semua usia dan memberikan hasil yang positif."_

Sebelum menerapkan metode ini, kita harus memastikan, *_apakah anak melakukan kesalahan karena tidak tahu (tanpa sengaja)?_*
Jika kondisinya seperti ini tidak perlu dihukum namun cukup diingatkan kesalahannya.

Tetapi *_jika kesalahannya diulangi atau melakukannya dengan sengaja_*, kita bisa menghukumnya dengan banyak cara diantaranya : _tidak memberinya hak-hak istimewa, memarahinya dengan syarat bukan sebagai pelampiasan (balas dendam) dan jangan memukul._

Kita juga bisa menggunakan *Metode Memilih Hukuman*.

Idenya begini, kita meminta anak duduk merenung, dan memikirkan tiga jenis hukuman yang diusulkan kepada kita seperti: tidak diberi uang jajan, tidak boleh bermain ke rumah temannya selama seminggu, atau tidak boleh menggunakan handphone selama sehari.
Kemudian kita pilih salah satu untuk kita jatuhkan padanya.

Ketika tiga hukuman yang dipilih anak tidak sesuai dengan keinginan orang tua, contohnya: tidur, atau diam selama satu jam atau merapikan kamar, maka kita minta dia untuk mencari lagi tiga hukuman lain.

Ibu ini menyela: _"Tapi kadang hukuman-hukuman yang diusulkan tersebut tidak memberi efek/tidak membuat anak sadar juga!"_

Saya katakan: _"Kita harus membedakan antara *ta'dib* (mendidik) dengan *ta'dzib* (menyiksa)!"_

Tujuan _ta'dib_ adalah meluruskan perilaku yang salah pada anak dan ini butuh kesabaran, pengawasan _(mutaba'ah)_, dialog dan nasehat yang terus-menerus.

Sedangkan berteriak didepan anak atau memukulnya dengan keras, ini _ta'dzib_ bukan _ta'dib_; karena kita menghukum anak tidak sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan tapi berlebihan, sebab disertai dengan marah. Disebabkan kita banyak tekanan hidup lalu kita lampiaskan kepada anak dan anak jadi korban. Kemudian kita menyesal setelah menghukum mereka atas ketergesaan kita.

Kemudian saya berkata: Saya tambahkan hal penting, ketika anda berkata kepada anak anda: Masuk kamar, merenung dan pikirlah tiga jenis hukuman dan saya pilihkan satu untukmu. Sikap seperti ini adalah merupakan pendidikan _(ta'dib)_ untuk sendirinya karena ada dialog batin dengan dirinya, antara anak yang melakukan kesalahan dengan dirinya. Ini merupakan tindakan yang baik untuk meluruskan perilaku anak dan memperbaiki kesalahan yg telah diperbuat.

Si Ibu berkata: _"Demi Allah, ide yang bagus, saya akan coba."_

Saya bilang: _"Saya sendiri telah mencobanya, bermanfaat dan berhasil. Banyak juga keluarga yang mencoba menerapkannya dan ampuh juga hasilnya"._

Karena ketika anak memilih hukuman sendiri dan melaksanakannya, maka sesungguhnya kita telah menjadikannya berperang dengan kesalahannya, bukan ketegangan dengan orang tuanya, disamping kita bisa menjaga ikatan cinta orang tua dengan anak.

Selain itu kita telah menghormati pribadi anak dan menjaga kemanusiaannya tanpa menghina ataupun merendahkannya.

Siapa yang merenungkan metode _ta'dib_ Rasululllah _shallahu 'alaihi wa sallam_ terhadap orang yang melakukan kesalahan maka akan didapati bahwa beliau menta'dib dengan menghormati, menghargai dan tidak merendahkannya.

Kita menemukannya dalam kisah wanita Ghamidiyah yang berzina dan minta di rajam, salah seorang sahabat mencelanya lalu Rasulullah bersabda: _"Sungguh dia telah bertaubat, andai (taubatnya) dibagikan dengan penduduk Madinah, niscaya mencukupi"._

Sikap menghormati pelaku kesalahan harus tetap ada selama dalam proses _ta'dib_.

Si ibu tadi pergi dan kembali lagi setelah  sebulan.
Dia bertutur: _"Metode ini benar-benar ampuh diterapkan pada anak-anak saya, sekarang saya jarang emosi, dan mereka memilih hukuman sendiri dan melaksanakannya. Saya berterima kasih atas ide ini, tapi saya mau bertanya dari mana anda mendapatkan metode cemerlang ini?"_

Saya jawab: "Saya ambil dari metode Al-Qur'an dalam mendidik _(ta'dib)_.
Allah _subhanahu wata'ala_ memberikan tiga pilihan hukuman kepada orang yang melakukan dosa dan kesalahan, seperti kafarat bagi orang yang menggauli istrinya disiang hari bulan Ramadhan, kafarat sumpah dan kafarat lainnya, yaitu: memerdekakan budak, atau puasa atau memberikan sedekah. Syariat Islam memberikan tiga pilihan bagi pelaku kesalahan ini. Metode mendidik yang sangat indah".

Ibu berkata: _"Jadi ini metode pendidikan Al-Qur'an?"_

Saya jawab: _"Betul, sesungguhnya Al-Qur'an dan As-Sunnah memiliki banyak metode pendidikan yang luar biasa dalam meluruskan perilaku manusia, baik anak kecil maupun orang dewasa; karena Allah yang menciptakan jiwa-jiwa dan Dia lebih tahu apa yang pantas dan metode apa yg cocok bagi jiwa-jiwa tersebut. Metode mendidik sangat banyak diantaranya 'metode memilih hukuman' yang telah dijelaskan"._

Lalu si ibu tadi pergi dalam keadaan bahagia memperbaiki anak-anaknya dan bertambah cinta pada rumahnya.

Diterjemahkan oleh:
*Ust. Achmad Fadhail Husni, Lc*
Pusat Peradaban ISLAM

*(versi bahasa arab)*

*أسلوب ذكي في معاقبة الأبناء*

أسلوب ذكي لمعاقبة الأبناء ؟
قالت: عندي ولدين الأول عمره ست سنوات والثاني تسع سنوات وقد مللت من كثرة معاقبتهما ولم أجد فائدة من العقاب، فماذا أفعل ؟
قلت لها: هل جربت (أسلوب الاختيار بالعقوبة) ؟
قالت: لا أعرف هذا الأسلوب فماذا تقصد ؟
قلت: قبل أن أشرح لك فكرته هناك قاعدة مهمة في تقويم سلوك الأبناء لا بد أن نتفق عليها وهي أن كل مرحلة عمرية لها معاناتها في التأديب وكلما كبر الطفل احتجنا لأساليب مختلفة في التعامل معه ولكن ستجدين أن (أسلوب الاختيار بالعقوبة) يصلح لجميع الأعمار ونتائجه إيجابية، وقبل أن نعمل بهذا الأسلوب لابد أن نتأكد هل كان الطفل جاهلا أم متعمدا لارتكاب الخطأ ليكون التأديب نافعا ، فلو كان جاهلا أو ارتكب خطأ غير متعمد ففي هذه الحالة لا داعي للتأديب والعقوبة وإنما يكفي أن ننبهه على خطئه ، أما لو كرر الخطأ أو ارتكب خطأ متعمدا ففي هذه الحالة يمكننا أن نؤدبه بأساليب كثيرة منها الحرمان من الامتيازات أو الغضب عليه من غير انتقام أو تشفٍّ أو ضرب، كما يمكننا استخدام (أسلوب الاختيار بالعقوبة ).
وفكرة هذا الأسلوب أن نطلب منه الجلوس بمفرده فيفكر في ثلاث عقوبات يقترحها علينا مثل (الحرمان من المصروف أو عدم زيارة صديقه هذا الأسبوع أو أخذ الهاتف منه لمدة يوم) ونحن نختار واحدة منها لينفذها على نفسه وفي حالة اختيار ثلاث عقوبات لا تناسب الوالدين مثل ) يذهب للنوم أو يصمت لمدة ساعة أو يرتب غرفته ) ففي هذه الحالة نطلب منه اقتراح ثلاث عقوبات غيرها.
قالت معترضة: ولكن قد تكون العقوبات التي يقترحها لا تشفي غليلي!
قلت لها: علينا أن نفرّق بين التأديب والتعذيب! فالهدف من التأديب هو تقويم السلوك وهذا يحتاج إلى صبر ومتابعة وحوار واستمرار في التوجيه، أما أن نصرخ في وجهه أو أن نضربه ضربا شديدا فهذا (تعذيب لا تأديب) ، إننا عندما نعاقب أبناءنا فإننا لا نعاقبهم بمستوى الخطأ الذي ارتكبوه وإنما نزيد عليهم في العقوبة لأنها ممزوجة بالغضب، وذلك بسبب كثرة الضغوط علينا فيكون أبناؤنا ضحية توترنا وعصبيتنا من الحياة، ولهذا نحن نندم بعد عقابهم على تعجلنا أو عدم ضبط أعصابنا.
ثم قلت للسائلة: وأضيف أمراً مهماً وهو أنك عندما تقولين لابنك اذهب واجلس بمفردك، وفكر بثلاث عقوبات لأختار أنا واحدة منها لأنفذها عليك فإن هذا الموقف هو تأديب في حد ذاته لأن فيه حوارا نفسيا بين المخطئ وهو الطفل وذاته، وهذا تصرف جيد لتقويم السلوك ومراجعة الخطأ الذي ارتكبه.
قالت: والله فكرة ذكية سأجربها.
قلت لها: أنا جربتها شخصيا ونفعت معي وأعرف الكثير من الأسر جربوها ونفعت معهم لأن الطفل عندما يختار العقوبة وينفذها فإننا في هذه الحالة نجعل المعركة بين الطفل والخطأ وليس بينه وبين الوالدين فنكون قد حافظنا على رابطة المحبة الوالدية، وكذلك نكون قد احترمنا شخصيته وحافظنا على إنسانيته فلم نحقره أو نستصغره، ومن يتأمل تأديب الرسول الكريم للمخطئين يجد أنه مع التأديب يحترمهم ويقدرهم ولا يقبل بإهانتهم، وهذا نجده في قصة المرأة الغامدية التي زنت وطُبق عليها الحد، فشتمها أحد الصحابة فقال له رسول الله: إنها تابت توبة لو وزعت على أهل المدينة لوسعتهم.
فنظرة الاحترام للمخطئ باقية طالما أنه سار في برنامج التأديب.
ثم ذهبت السائلة ورجعت بعد شهر، فقالت لي: لقد نجح الأسلوب مع أبنائي وصارت عصبيتي معهم قليلة، وهم صاروا يختارون العقوبة وينفذونها، فأشكرك على هذه الفكرة، ولكن أريد أن أسألك كيف فكرت بهذه الطريقة التأديبية الرائعة؟
فقلت: لقد استفدت من الأسلوب القرآني في التأديب، فالله تعالى يعطي المذنب أو المخطئ ثلاث خيارات مثل كفارة من جامع زوجته في نهار رمضان أو كفارة اليمين وغيرها من الكفارات، فإن الشريعة الإسلامية تعطي ثلاث خيارات لمرتكب الخطأ، وهذا أسلوب تأديبي راقٍ وجميلٌ.
فقالت: إذن هو أسلوب قرآني تربوي!
قلت لها: نعم إن القرآن والسنة فيهما أساليب تربوية عظيمة في تقويم السلوك البشري للصغار والكبار لأن الله هو خالق النفوس وهو أعلم بما يصلحها وأساليب التأديب كثيرة ومنها (أسلوب الاختيار بالعقوبة) الذي شرحناه لك فانصرفت وهي سعيدة في تقويم أبنائها وزيادة المحبة في بيتها.9

Senin, 18 September 2017

Sinergi Orangtua dan Guru

🍃Sinergi Orangtua dan Guru🍃
📝 @ArtieTeja-MotiVaMoms

Setiap anak memiliki potensi untuk terbangunnya akhlak mulia dalam dirinya.  Tinggal bagaimana lingkungan mampu mendukungnya.  Membentengi anak dari pengaruh negatif lingkungan adalah dengan membangun akhlak mulia.

Faktor lingkungan punya peran yang sangat penting terhadap perubahan perilaku anak.

Tiga pilar pendidikan dapat dikategorikan sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh dalam perubahan perilaku anak,  yaitu:
1. Lingkungan keluarga sebagai pendidik utama dan pertama
2. Lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang dirancang untuk mengarahkan terbangunnya perilaku
3. Lingkungan masyarakat,  lingkungan di luar keluarga dan sekolah.

Perilaku anak adalah hasil dari proses terbangunnya karakter yang sangat ditentukan oleh faktor lingkungan dan sekolah  (lembaga pendidikan yang tugas utamanya adalah membentuk akhlak mulia).

Pembentukan akhlak mulia melalui rekayasa lingkungan sekolah dilakukan melalui strategi: keteladanan,  intervensi,  pembiasaan yang dilakukan secara konsisten,  dan penguatan.

Perkembangan dan pembentukan akhlak mulia memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan,  intervensi melalui proses pembelajaran/pelatihan,  pembiasaan terus menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan dengan keyakinan.

Selain lingkungan sekolah,  lingkungan keluarga lebih tidak di sangsikan lagi. Keluarga adalah lingkungan terdekat dengan anak, maka kita lebih mempercayakan kepada kedua orangtua karena mereka pemegang kendali utama pembentukan prilaku anak. Dengan strateginya untuk membangun akhlak mulia.

Sedangkan lingkungan masyarakat adalah lingkungan di luar kendali orangtua dan guru dimana anak akan mendapatkan pengaruh baik positif maupun negatif.  Nah fungsi orangtua dan sekolah (pemegang amanah)  hanya bisa memberi arah agar anak mendapatkan pendidikan positif dari lingkungan masyarakat.

Di sinilah pentingnya sinergi antara orangtua dan guru di sekolah sebagai fasilitator untuk mencegah anak terpengaruh nilai2 negatif dari lingkungan masyarakat