Senin, 30 November 2015

Monthly Disabilitea


Kapan lagi ya bisa nulis jurnal...bisa penelitian...bisa berbagi ilmu...berbagi pengalaman seperti ini...Semoga segera...Aamiin YRA

Kemampuan Berbahasa Pada Anak TK



Segala  aktifitas  anak  selalu  diawali  dengan penggunaan  bahasa  sebagai  alat  berkomunikasi, maka  dari  itu  penguasaan  bahasa  menjadi  penting  dalam  kehidupan  anak,  seperti  yang  diungkapkan Vygotsky  bahwa :

Bahasa  merupakan  alat  komunikasi  utama  bagi  seorang  anak  untuk  mengingkapkan  berbagai keinginan  maupun  kebutuhannya.  Anak-anak  yang  memiliki  kemampuan  berbahasa  yang  baik pada  umumnya  memiliki  kemampuan  yang  baik  pula  dalam  mengungkapkan  pemikiran, perasaan  serta  tindakan  yang  interaktif  dengan  lingkungannya.  Kemampuan  bahasa  ini  tidak selalu  didominasi  oleh  kemampuan  membaca  saja  tetapi  juga  terdapat  sub  potensi  lainnya yang memiliki  peranan  lebih  besar  serta  penguasaan  kosa  kata,  pemahaman  (mendengar  dan menyimak)  dan  kemampuan  berkomunikasi.[1]

Seorang  anak  setiap  harinya  akan  berusaha  untuk  menambah  pembendaharaan  kosa  kata  dalam   dirinya,  sehingga  ia  mampu  mengkomunikasikan  sesuatu  dengan  orang  lain  serta  menunjukan  kemampuan  berfikir  dan  pemahamanya  tentang  hal  tertentu,  hal  ini  seperti  dalam  buku  petunjuk  pelaksanaan  kegiatan  belajar  mengajar  penilaian  pembuatan  dan  pengunaan  sarana  (alat peraga)  di  taman  kanak-kanak.

Dengan  berkembangnya  penguasaan  kosa  kata  anak  serta  kemampuannya  mengkomunikasikan  pada  orang  lain  akan  memiliki  dampak  terhadap  perkembangan  fungsi  kognitifnya.  Kemampuan  mengkomunikasikan  sesuatu  sesuatu  seperti  benda,  orang  atau  binatang  dengan  kosa  kata  yang  banyak  dan  teratur  akan  mencerminkan  kemampuan  berfikir  anak  tentang  hal  tersebut.[2]

Pada  kondisi  anak  Taman Kanak-Kanak  (TK)  kemampuan  berbahasanya  memang  masih  sangat  terbatas,  tetapi  dia  masih  berusaha  untuk  mengembangkan  kemampuan  bahasanya  walaupun  dengan  bahasa-bahasa  yang  sederhana , tetapi  orang  lain  yang  di  ajak  berkomunikasi  oleh  anak  tersebut  mengerti  dengan  apa  yang  diungkapkan  oleh  anak  tersebut.


[1]  Depdiknas, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, Jakarta, Depdiknas, 2003, h. 169.
[2] Depdiknas, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Penilaian Pembuatan dan Penggunaan Sarana (Alat Peraga), Jakarta, Depdiknas, 2003, h. 172.

GAGAP (STUTTERING) PADA ANAK



Gagap atau stuttering merupakan salah satu bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur mengetahui kata itu, akan tetapi tidak dapat menghasilkannya (Cahyono, 1994: 262). [1] Wujudnya secara umum, tiba-tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin dia ungkapkan sehingga suara yang keluar terpatah-patah dan diulang-ulang seperti ”i-i-ibu....”, sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikit pun untuk beberapa lama. Reaksi ini bersamaan dengan kekejangan otot leher dan diafragma yang disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot-otot bicara. Bila ketegangan sudah berlaku, akan meluncur serentetan kata-kata sampai ada kekejangan otot lagi. Kalau dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa gagap adalah masalah gangguan bicara yang mempengaruhi kefasihan bicara. Mereka yang mengalami kesulitan ini ditandai pengulangan bagian pertama dari kata yang hendak diucapkannya (seperti mmmmakan), atau menahan bunyi tunggal ditengah kata (misal begggggini). Sebagian orang yang gagap malah lebih parah, tidak ada satu suara pun yang keluar, tertahan semua dikerongkongan. 
Kemampuan berkomunikasi seorang anak dianggap terlambat apabila kemampuan berbicara dan penguasaan bahasa jauh di bawah kemampuan anak-anak seusianya. Salah satu gangguan berbicara adalah gagap. Bicara gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Gagap adalah pengulangan bunyi yang sama berkali-kali tanpa di sengaja. [2] Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Gagap yang ringan banyak terdapat pada anak-anak, yaitu: sekitar 3 sampai 4 persen anak-anak prasekolah ketika mereka melalui belajar menggabungkan kata-kata.
Anak yang menderita gagap tidak dapat berkomunikasi secara wajar. Anak gagap membutuhkan beberapa waktu untuk dapat mengucapkan kata yang ia maksudkan. Kalau sudah terlalu lama dia mengeja kata tersebut dan tetap sulit untuk diucapkan dia akan berhenti untuk mencoba dan menjadi diam.


[1] Bambang Yudi Cahyono. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. (Surabaya: Airlangga University Press: 1995)
[2] A.H Hholid. dan Andika, D.B. Dasar-dasar Psikolinguistik. (Bandung: UPI PRESS, 2009)

Rabu, 25 November 2015

Permasalahan Sosial pada Anak TK


Beberapa permasalahan sosial yang biasa dihadapi oleh anak usia TK di antaranya:
 

1. Malajustment
Individu yang penyesuaian dirinya buruk. Ada 2 jenis maladjustment yaitu (a) anak puas terhadap tingkah lakunya tetapi lingkungan social tidak dapat menerima; dan (b) tingkah laku diterima lingkungan sosial tetapi menimbulkan konflik yang berkepanjangan pada anak.
Hal yang paling mendasar dalam mencegah  timbulnya maladjustment adalah usaha meningkatkan pengenalan terhadap diri dan lebih realistik terhadap kemampuan sendiri. Dukungan lingkungan sangat berpengaruh karena usaha perbaikan akan sia-sia, apabila lingkungan tetap menuntut sesuatu yang tidak realitas.

2. Egosentris
Anak dikatakan egosentris apabila lebih peduli terhadap dirinya sendiri daripada orang lain. Mereka  lebih banyak berfikir dan berbicara mengenai diri sendiri dan aksi mereka semata-mata untuk keuntungan pribadi.  Tiga hal yang mendasari egosentrisme, yaitu merasa superior, merasa inferior, dan merasa menjadi korban.

3. Anak yang Terisolasi
Isolated child merupakan anak yang terisolasi dari lingkungannya. Anak mengalami masalah penerimaan sosial. Kategori penerimaan anak dalam lingkungan sosial sebagaimana yang dikemukakan Hurlock (1978) adalah sebagai berikut:
a.  Star, yaitu anak yang disenangi oleh lingkungan temannya sehingga popular.
b. Accepted, yaitu anak yang cukup dapat diterima lingkungan temannya sehingga cukup popular.
c. Climber, yaitu anak yang berusaha untuk diterima oleh lingkungan teman sebayanya dengan mengikuti keinginan/peraturan lingkungan. Anak selalu takut apabila tidak mengikuti akan kehilangan teman.
d.  Finger (pinggiran), anak seperti golongan climber tetapi lebih takut tidak diterima.
e. Ineglected, yaitu anak yang ditolak lingkungan sebab mereka pemalu, menolak atau membuat ulah yang negative.
f. Isolate, yaitu anak yang terisolasi dari lingkungan teman sebayanya karena tidak ada motivasi dalam diri anak itu untuk bergaul atau anak tidak menarik bagi lingkungannya.


4.  Agresif
Agresif merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau baru berupa ancaman yang disebabkan adanya rasa permusuhan. Tingkah laku ini sering muncul sebagai reaksi terhadap frustasi. Agresi juga sering timbul karena tingkah laku agresif yang sebelumnya mengalami penguatan. Selain itu, tingkah laku orang tua sering dicontoh oleh anak.

5. Negativisme
Negativisme adalah perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu. Ekspresi fisiknya mirip dengan ledakan kemarahan, namun secara bertahap berubah menjadi penolakan secara lisan untuk menuruti perintah. 

6. Pertengkaran
Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan. 

7. Mengejek dan Menggertak
Mengejek merupakan serangan secara lisan terhadap orang lain, sedangkan menggertak merupakan serangan yang bersifat fisik.

8. Perilaku yang Sok Kuasa
Perilaku sok kuasa adalah perilaku yang berkecenderungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi “bos”. 

9. Prasangka
Menurut Hurlock (1991) prasangka ini terbentuk pada masa kanak-kanak tatkala anak melihat adanya perbedaan sikap dan penampilan di antara mereka, dan perbedaan ini dianggap sebagai tanda kerendahan.
 

Faktor penyebab terbentuknya perilaku sosial bermasalah, yaitu (1) Sikap orang tua yang overprotected; (2) Sikap orang tua yang pencela, membandingkan, dan mencemooh anak; (3) Sempitnya kesempatan bergaul dengan anak lain; (4) Pola asuh otoriter; dan (5) Lingkungan yang buruk.



Penanganan gangguan sosial di TK yaitu melalui sosialisasi (proses penyesuaian diri anak terhadap adat istiadat, dengan kebiasaan dan cara hidup lingkungan). Apakah anak akan belajar menjadi orang yang terampil bergaul atau justru sebaliknya tergantung empat faktor berikut:
1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang dari berbagai usia serta latar belakang yang berbeda.
2. Anak tidak hanya berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapi juga dapat membicarakan  dengan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain.
3. Anak punya motivasi untuk bergaul.
4. Adanya bimbingan. Metode yang paling efektif untuk dapat belajar bergaul dengan baik adalah lewat bimbingan dari orang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik oleh anak.