Rabu, 19 Desember 2018

Model Touchpoint Dalam Konseling Pengasuhan

MODEL TOUCHPOINT DALAM KONSELING PENGASUHAN
📚Smart Parents,  Happy Children: Kiat Praktis Membentuk Anak Sehat,  Cerdas,  dan Bahagia (T. Berry Brazelton, M.D. dan Stanley I,  Greenspan, M.D.) - BIP
📝@ArtieTeja

Touchpoint adalah periode selama tiga tahun pertama kehidupan ketika dorongan perkembangan anak menghasilkan gangguan berat dalam sistem keluarga.

Touchpoint adalah semacam peta perkembangan anak yang dapat diketahui dan diantisipasi oleh kedua orangtua dan pemberi pelayanan.

Touchpoint berpusat pada tema pengasuhan yang sungguh-sungguh penting bagi orangtua (misalnya,  memberi makan,  disiplin,  dll), lebih daripada tonggak-tonggak tradisional. Keberhasilan anak pada titik-titik itu dapat dilihat sebagai kesuksesan sistem keluarga.

Prinsip dasar dari model touchpoint adalah:
1. Hargai dan pahami hubungan antara konselor dengan orangtua.
2. Gunakan tingkah laku anak sebagai bahasa konselor.
3. Kenali apa yang konselor bawa dalam berinteraksi.
4. Beraedialah mendiskusikan masalah yang berada di luar peran tradisional konselor.
5. Carilah kesempatan untuk mendukung penguasaan orangtua.
6. Berfokuslah pada hubungan orangtua-anak.
7. Hargai semangat setiap saat konselor menemukannya.
8. Hargai ketidakteraturan dan kerapuhan sebagai kesempatan.

Kesadaran terhadap touchpoint dan strategi untuk menanganinya dapat membantu mengurangi pola negatif bahkan akan semakin penting sebagai kesempatan untuk mendukung para orangtua yang cemas.

Para konselor dapat menggunakan metode touchpoint sebagai kerangka kerja dalam setiap pertemuan dengan keluarga selama tiga tahun pertama kehidupan seorang anak.

Beberapa asumsi dasar tentang orangtua menjadi inti dari praktik touchpoint dalam keluarga.

Dari kerangka kerja touchpoint,  panduan yang diberikan oleh konselor kepada orangtua lebih bersifat mendukung dan tidak menentukan, bisa berupa panduan antisipatif dengan melakukan dialog (diskusi). Sebagian dari hal ini,  didasarkan pada bagaimana mereka mengatasi masalah terkait di masa lalu. Berbagi pengalaman dengan tauchpoint akan membantu orangtua untuk merasa lebih percaya kepada diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.

Inti dari model touchpoint adalah panduan persiapan yang bersifat preventif,  dengan pendekatan multidisipliner,  dan berdokus pada kepentingan umum dalam diri anak yang juga dialami oleh orangtua dan pengasuh.

Touchpoint fokus pada pembentukan hubungan sebagai tujuan utuh dari interaksi orangtua dan praktisi dalam berbagai ragam lingkungan. Sehingga tujuannya adalah mengubah praktik individual dan mendorong perubahan dalam sistem yang lebih besar sehubungan dengan pengasuhan pada keluarga.

Tema-tema Utama Dalam Model Touchpoint

✅ Touchpoint sebelum kelahiran
1. Persiapan ( orangtua mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia orangtua, baik secara fisik maupun mental).
2. Bayi-bayi yang dibayangkan (bayangan tentang kondisi bayi - mengubah pandangan mereka tentang kecemasan kondisi bayinya kelak).
3. Hubungan (penataan kembali hubungan yang menyertai persiapan menghadapi bayi - konselor memainkan peran dalam peta dukungan terhadap calon ibu).
4. Orangtua yang dibayangkan (calon orangtua akan merasa bangga sekaligus ragu dengan diri sendiri ketika mereja membayangkan diri mereka sebagai orangtua).
5. Kesehatan (orangtua perlu diyakinkan kembali bahwa bayi mereka baik-baik saja/sehat).
6. Emosi orangtua (orangtua mengalami emosi yang intens,  sering kali berlawanan dan membingungkan mengenai kelahiran seorang bayi. Bayi berpengaruh terhadap rentang kekuatan dan kerapuhan emosi orangtua).
7. Bayi senyatanya (menghadapi kelahiran bayi, memberi dukungan ketika mereka mulai mengganti bayi yang mereka bayangkan dalam imajinasi mereka dengan anak yang sesungguhnya yang mereka dapatkan).
8. Kedekatan (mendorong ikatan emosi awal/bonding).

✅ Touchpoint minggu ke 3
1. Kelelahan orangtua
2. Pemberian makan/asi
3. Kepribadian
4. Hubungan

✅ Touchpoint minggu ke 6 - 8
1. Tingkah laku sosial
2. Kepercayaan diri orangtua
3. Hubungan

✅ Touchpoint bulan ke 4
1. Kedekatan
2. Ketertarikan dengan dunia
3. Pola perawatan
4. Tuntutan bayi
5. Keterlibatan ayah

✅ Touchpoint bulan ke 7
1. Kemampuan motorik
2. Pemberian makan
3. Tidur
4. Keberadaan benda

✅ Touchpoint bulan ke 9
1. Mobilitas
2. Referensi sosial
3. Keberadaan manusia
4. Kontrol

✅ Touchpoint bulan ke 12
1. Kemandirian
2. Kemampuan motorik
3. Pembelajaran
4. Sifat mudah marah

✅ Touchpoint bulan ke 15
1. Kemandirian
2. Permainan
3. Kemampuan motorik
4. Ketergantungan
5. Bahasa

✅ Touchpoint bulan ke 18
1. Kognitif
2. Kesadaran akan diri
3. Usaha untuk mengontrol
4. Bahasa

✅ Touchpoint tahun ke 2
1. Permainan imajinatif
2. Bahasa
3. Kemandirian
4. Kemampuan motorik

✅ Touchpoint tahun ke 3
1. Imajinasi
2. Ketakutan dan fobia
3. Bahasa
4. Hubungan dengan teman sebaya
5. Pemahaman sosial

Minggu, 02 Desember 2018

Nama adalah Doa

Nama adalah Doa
📝@ArtieTeja

Tidak ada orangtua yang memberikan nama buruk kepada anak-anaknya. Setiap orangtua selalu punya harapan indah disetiap makna nama buah hatinya.

Seperti halnya dalam memaknai Aqiqah yang merupakan sunnah Rasul,  secara berurutan prosesi Aqiqah meliputi mencukur rambut,  memberi nama,  menyembelih kambing,  dan makan bersama. Dalam hal ini point yang akan di bahas adalah menamai anak.

"Apalah arti sebuah nama", dalam pandangan agama nama berfungsi sebagai doa.  Oleh karena itu berikan nama yang baik pada bayi yang baru lahir,  berdasarkan hadist Rasulullah SAW,  artinya: "Sesungguhnya kalian pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama-nama Bapak kalian,  maka baguskanlah namamu" (HR. Muslim).