Minggu, 20 Agustus 2017

Pujian Yang Tidak Mendidik

Pujian Yang Tidak Mendidik

Orangtua pastinya akan melakukan banyak hal untuk bisa membangun semangat anak dalam belajar.

Salah satunya adalah dengan seringkali memberikan pujian sebagai penghargaan atas pencapaian yang dilakukan oleh anak-anak.

Ternyata, terlalu banyak memberikan dan mengobral pujian pada anak juga berdampak tidak baik.  Mengapa?  Ketika kita seringkali memuji anak atau bahkan nada pujian ini seolah bernada memuja anak-anak dengan mematikan oranglain yang notabene adalah kompetitornya,  akan dapat berdampak tidak baik pada mental si anak.

Keseringan memuji anak dengan nada yang berlebihan akan membangun mental pada anak yang mana mereka cenderung lebih berpikir hanya dirinya yang terbaik dan menganggap orang lain berada di bawahnya.

Ketika harapan anak yang menganggap dirinya adalah yang terbaik dan orang lain tidak akan bisa menandingi kemampuannya maka bisa jadi tekanan yang hebat dan kecewa yang mendalam menerpanya,  alhasil depresi dan bahkan frustasi adalah hal yang akan dihadapinya dengan susah payah.

Ada beberapa pujian yang sebaiknya tidak dikatakan pada anak:
1. "Kamulah yang terbaik di kelas" ➡ Ya,  karakter arogan dan merasa dirinya paling hebat akan secara otomatis tertanam dalam diri anak.  Perhatikan kalimat yang akan kita sampaikan,  upayakan maksud kita tersampaikan dengan baik yang akan membuat mereka termotivasi untuk lebih baik.
2. "Kamu anak hebat" ➡ Boleh-boleh saja disampaikan pada anak,  kita harus piawai membaca situasi. Kita lihat pencapaian apa yang sesuai dengan kata "hebat", jangan menciptakan kesan bahwa anak tidak perlu berjuang keras dan mengupayakan segala hal pun mereka akan menjadi seseorang yang hebat. Untuk menjadi anak yang hebat mereka perlu menaklukkan dan melalui tantangan yang cukup sulit untuknya.
3. "Kamu paling berani,  yang lain penakut" ➡ Kita harus ingat bahwa pujian tidak boleh disertai dengan nada merendahkan oranglain,  apalagi membandingkan bahwa oranglain penakut dengan menyebutkan anak. kita paling berani. Puji anak dengan kalimat yang lebih tepat dan memotivasinya akan lebih membuat kerja keras anak dihargai dengan baik,  misal "Kamu berhasil menaklukan tantangan itu,  sayang.  Bunda sangat bangga padamu".

Akan lebih baik jika kita mempercayakan pada kemampuan anak kita dibandingkan dengan terus menerus memuji anak dengan seolah menaikkan derajat mereka lebih tinggi dari anak-anak lainnya.

Rabu, 09 Agustus 2017

GRIT (Tekad), Bersiap Gagal Dan Bersiap Memulai Dari Awal Dengan Optimis

Keberhasilan kita tidak ditentukan dari kecerdasan sosial,  penampilan yang menarik,  kesehatan fisik,  dan bukan juga IQ.

Grit ⏩ Tekad
Tekad adalah semangat dan ketekunan untuk tujuan-tujuan jangka panjang. Tekad berarti memiliki stamina. Tekad melekat dengan masa depan kita setiap hari,  bukan hanya selama seminggu,  bukan pula satu bulan, tapi untuk bertahun-tahun,  dan bekerja benar-benar keras untuk membuat masa depan itu menjadi kenyataan.

Tekad adalah menjalani hidup seperti sebuah pertandingan lari marathon,  bukan lomba lari jarak dekat.

Ketika menghadapi kegagalan di situlah "grit" akan bekerja,  seberapa mampu kita bangkit untuk lebih tekun dan gigih melawan kegagalan.

Bagaimana membangun tekad pada anak-anak?  Dengan membangun "pola pikir yang berkembang", tanamkan kepada anak-anak bahwa kegagalan itu bukanlah hal yang permanen. 

Jadi pola pikir yang berkembang adalah ide yang bagus untuk membangun tekad.

Kita perlu mengambil ide-ide terbaik kita,  intuisu kita yang terkuat, dan kita perlu untuk menguji mereka.

Bersiap gagal dan bersiap memulai dari awal dengan optimis.

Yup,  kerja keras dan tekad kuat akan membayar semuanya dengan kesuksesan. Bisa disimpulkan "grit" adalah hasil dari pengembangan AQ (adversity quotient).

Sumber: Angela Lee D - Grit,  the power of passion and perseverance.