Jogja, 18022017, Renungan malam
📝 @ArtieTeja
♦Shuhaib bin Sinan♦
Shuhaib bergabung dalam kafilah orang-orang beriman, bahkan menemoatkan dirinya di posisi terdepan dalam barisan orang-orang teraniaya dan tersiksa. Juga dalam barisan para dermawan.
"Di setiap peristiwa penting yang dihadiri Rasulullah, aku pasti hadir dalam peristiwa itu. Di setiap peristiwa bai'at, aku pasti ikut. Di setiap pertempuran kecil, aku pasti ikut. Di setiap peperangan besar, aku pasti ikut dan berada di sebelah kanan atau kiri Rasulullah. Jika yang ditakuti kaum muslimin berada di depan, aku pasti berada paling depan., dan jika yang ditakuti berada di belakang, aku pasti berada paling belakang. Aku tidak pernah membiarkan Rasulullah berada dalam jangkauan musuh, hingga beliau kembali ke rahmatullah".
Jiwanya sudah ditempa menjadi keras, ulet, zuhud dan tak kenal lelah. Segala macam tantangan bisa diatasi, dan segala marabahayanya bisa dijinakkan.
👉Ia selalu menghadapi segala resiko dengan keberanian luar biasa.
👉Ia tidak pernah mundur dari smeua pertempuran dan bahaya.
👉Ia lebih suka memikul tanggung jawab daripada mengumpulkan keuntungan.
👉Ia lebih suka dalam bahaya dan mendekati kematian daripada menikmati kemewahan hidup.
Suhaib adalah pedagang yang jujur dan mendapatkan laba yang besar. Rasulullah berseru "Perdaganganmu sungguh mendapatkan laba yang besar, hai Abu Yahya (Suhaib). Perdaganganmu sungguh mendapatkan laba yang besar, hai Abu Yahya" Saat itu, Allah menurunkan firmanNya, "Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya" (Al-Baqarah:207).
Shuhaib telah menebus diri dan keimanannya dengan semua harta kekayaan yang ia kumpulkan selama masa mudanya dan sama sekali ia tidak merasa rugi.
Apa artinya harta kekayaan, bahkan dunia seisinya jika dibandingkan keimanan dan hati nurani yang bebas merdeka.
Kehidupan Shuhaib penuh dengan kemuliaan dan keutamaan, bahkan ada satu keistimewaan tersendiri yang membuat prestasinya semakin berkilau, yaitu ketika Khalifah Umar memilihnya sebagai imam shalat berjamaah menggantikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar