📚Resume, Sumber "60 Sirah Sahabat Rasulullah Saw"-Khalid Muhammad Khalid
✏@ArtieTeja
🌿Abdullah bin Umar: Simbol Ketekunan Beribadah dan Mendekatkan Diri Kepada Allah🌿
"Saya sudah berbaiat kepada Rasulullah. Sampai hari ini, saya belum menyalahi sumpah itu. Saya juga tidak membangunkan orang mukmin dari tempat tidurnya" Cerita Abdullah bin Umar.
Sejak usia muda hingga ia wafat pada usia lebih dari 85 tahun, akan kita dapati bahwa ia adalah laki-laki yang tekun beribadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.
Keistimewaan yang dimiliki Abdullah bin Umar sangay banyak dan sungguh memikat. Ilmunya sangat luas, rendah hati, teguh pendirian, dermawan, shalih, tekun beribadah, dan sungguh-sungguh dalam meneladani Rasulullah. Semua keistimewaan inilah yang menempa dan membentuk kepribadiannya yang istimewa dan luar biasa. Kepribadian yang bersih dan jujur.
Beliau adalah anak dari Umar bin Khathab, ia belajar banyak kebaikan dari sang Ayah. Dan bersama ayahnya ia berguru kepada Rasulullah tentang semua kebaikan dan keagungan.
Keteladanannya terhadap Rasulullah tidak perlu diragukan lagi, apapun yang Rasulullah lakukan maka ia akan menirunya apa adanya. Ittiba'nya kepada Rasulullah dalam bentuk seperti ini sempat membuat kagum Ummul Mu'minin Aisyah ra. "tidak seorangpun yang ittiba' kepada Rasulullah melebihi ittiba'nya Ibnu Umar".
Beliau sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadist, hanya hadist yang ia hafal betul, huruf demi huruf yang ia sampaikan ke orang lain. Ia sangat berhati-hati dalam berfatwa. Ia menghindari ijtihad dalam berfatwa karena takut salah, meskipun ia tahu bahwa Islam memberikan satu pahala bagi yang salah dalam berijtihad dan dua pahala bagi yang ijtihadnya sesuai dengan syariat Islam.
Ia juga menghindar dari jabatan sebagai hakim. Ibnu Umar sama sekali tidak membutuhkan kekayaan dan status sosial. Beliau lebih memilih hidup jauh dari hiruk pikuk dunia dan memilih menyibukkan diri untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Memilih menolak godaab dunia dan menjadi teladan dalam kezuhudan.
Ibnu Umar adalah "Teman Malam" dan "Pendamping Waktu Subuh", ia habiskan waktu malam untuk shalat dan di penghujung malam ia terdengar menangis tersedu-sedu memohon ampun dan beristighfar. Ia tidak pernah meninggalkan qiyamul lail. Waktunya ia habiskan untuk shalat, membaca Al-Qur'an dan berdzikir.
Kedermawanan, kezuhudan dan ketakwaanbya bergerak bersama-sama dengan irama sempurna membentuk satu kepribadian mengagumkan dalam diri manusia besar ini. Beliau termasuk orang yang penghasilannua cukup besar, ia seorang pedagang yang jujur dan sukses. Tunjangan hidup dari kas negara juga cukup besar, semua itu tidak ia simpan untuk memperkaya diri tetapi ia bagikan hartanya kepada orang-orang miskin.
Kedermawanannya bukan untuk menyombongkan diri atau mendapat pujian orang lain. Pemberiannya hanya ditujukan kepada orang-orang miskin. Ia jarang makan sendiri, ia selalu mengajak anak-anak yatim atau orang-orang miskin. Tidak jarang ia menegur anak-anaknya yang menyediakan jamuan untuk orang-orang kaya dan tidak mengundang orang-orang miskin. Ia berkata, "Kalian undang orang-orang yang kekenyangan, dan kalian tinggalkan orang-orang yang kelaparan".
Baginya harta adalah pelayan, bukan majikan. Harta hanya alat untuk mencukupi keperluan hidup, bukan untuk bermewah-mewahan. Harta yang diperolehnya bukan miliknya semata, tetapi juga hak orang-orang miskin. Beliau tidak ingin binasa oleh dunia. Keperluan duniawi yang diharapkan hanyalah pakaian untuk menutupi tubuhnya dan makanan untuk mengganjal perutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar