Senin, 30 November 2015

GAGAP (STUTTERING) PADA ANAK



Gagap atau stuttering merupakan salah satu bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur mengetahui kata itu, akan tetapi tidak dapat menghasilkannya (Cahyono, 1994: 262). [1] Wujudnya secara umum, tiba-tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin dia ungkapkan sehingga suara yang keluar terpatah-patah dan diulang-ulang seperti ”i-i-ibu....”, sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikit pun untuk beberapa lama. Reaksi ini bersamaan dengan kekejangan otot leher dan diafragma yang disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot-otot bicara. Bila ketegangan sudah berlaku, akan meluncur serentetan kata-kata sampai ada kekejangan otot lagi. Kalau dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa gagap adalah masalah gangguan bicara yang mempengaruhi kefasihan bicara. Mereka yang mengalami kesulitan ini ditandai pengulangan bagian pertama dari kata yang hendak diucapkannya (seperti mmmmakan), atau menahan bunyi tunggal ditengah kata (misal begggggini). Sebagian orang yang gagap malah lebih parah, tidak ada satu suara pun yang keluar, tertahan semua dikerongkongan. 
Kemampuan berkomunikasi seorang anak dianggap terlambat apabila kemampuan berbicara dan penguasaan bahasa jauh di bawah kemampuan anak-anak seusianya. Salah satu gangguan berbicara adalah gagap. Bicara gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap anak berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Gagap adalah pengulangan bunyi yang sama berkali-kali tanpa di sengaja. [2] Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Gagap yang ringan banyak terdapat pada anak-anak, yaitu: sekitar 3 sampai 4 persen anak-anak prasekolah ketika mereka melalui belajar menggabungkan kata-kata.
Anak yang menderita gagap tidak dapat berkomunikasi secara wajar. Anak gagap membutuhkan beberapa waktu untuk dapat mengucapkan kata yang ia maksudkan. Kalau sudah terlalu lama dia mengeja kata tersebut dan tetap sulit untuk diucapkan dia akan berhenti untuk mencoba dan menjadi diam.


[1] Bambang Yudi Cahyono. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. (Surabaya: Airlangga University Press: 1995)
[2] A.H Hholid. dan Andika, D.B. Dasar-dasar Psikolinguistik. (Bandung: UPI PRESS, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar