Jumat, 23 Februari 2018

Pendidik Profesional Yang Ideal Menurut Imam Al-Ghazali

☀Pendidik Profesional Yang Ideal☀
📝 @ArtieTeja
📚 Pemikiran Pendidikan Islam - Abu Muhammad Iqbal

🔐 Sosok Imam Al-Ghazali

Imam al-Ghazali sejak kecil dikenal sebagai anak pecinta ilmu pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki,  sekalipun diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa.

"Kehausan untuk mencari hakikat kebenaran sesuaty sebagai habit dan favorit saya dari sejak kecil dan masa mudaku merupakan insting dan bakat yang dicampakan oleh Allah SWT. Pada tempramen saya,  bukan merupakan usaha atau rekaan saja".*

Al-Ghazali seorang yang cerdas dan mampu mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih hingga Imam al-Juwaini sempat memberi predikat sebagai orang yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan "laut dalam nan menenggelamkan (bahrun mughgrib)".

🔐 Konsep Pendidikan Al-Ghazali

Pendidikan menurut al-Ghazali adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik.

Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progressive pada tingkah laku manusia.

Menurut al-Ghazali pendidikan menitik beratkan perilaku manusia sesuai ajaran Islam yang diajarkan secara indoktrinatif atau sesuatu yang dijadikan mata pelajaran.

Manusia memiliki empat unsur yang harus diperbaiki secara keseluruhan, serasi,  dan seimbang. Keempat unsur tersebut meliputi:
👉 Kekuatan ilmu
👉 Kekuatan ghadbah (kemarahan)
👉 Kekuatan syahwat
👉 Kekuatan keadilan

Keempat unsur tersebut terintegrasi dalam diri manusia yang diharapkan dapat melahirkan keindahan watak manusia.

Rumusan tujuan pendidimab pada hakikatnya merupakab rumusan filsafat atau pemikiran yang mendalam tentang pendidikan.

Menurut al-Ghazali pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pandangan al-Ghazali mengenai ilnu pengetahuan dan manusia serta para guru adalah:
✏ Manusia yang paling mulia di bumi adalah manusia dan bagian tubuh yang paling berharga adalah hatinya.
✏ Guru adalah seorang yang berusaha membimbing,  meningkatkan,  dan menyempurnakan serta mensucikan hati hingga hati itu menjadi dekat kepada Allah SWT.
✏ Mengerjakan ilmu pengetahuan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu: mengajarkan ilmu pengetahuan adalah ibadah kepada Allah SWT dan menunaikan tugas manusia sebagai khilafah Allah di muka bumi.
✏ Ilmu dapat dilihat dari dua segi, yaitu: ilmu proses dan ilmu obyek.

Sistematika bagunan keilmuan/kependidikan al-Ghazali menjelaskan sebagai berikut:
🍃 Ilmu yang disyariatkan adalah ilmu yang disandarkan kepada Nabi Saw.
🍃 Ilmu yang tidak disyariatkan adalah ilmu yang diperoleh melalui penalaran akal,  pengalaman, pendengaran,  dsb.
🍃 Ilmu yang terpuji adalah ilmu yang berkaitan dengan kemaslahatan dunia,  seperti dokter, matematika,  dsb.
🍃 Ilmu yang wajib sebagian (fardhu kifayah) adalah semua ilmu yang berkaitan dengan urusan keduniaan yang cukup dipelajari oleh sebagian diantara sekian banyak orang secara spesialis-profesional.
🍃 Ilmu yang diutamakan (ilmu fadhilah) adalah ilmu yang secara profesional lebih dalam dari ilmu wajib kifayah.
🍃 Ilmu yang tercela (al-'ilm al-madzmum)  adalah ilmu yang tidak dikehendaki oleh syari'ah seperti ilmu sihir,  ilmi jimat,  dsb.
🍃 Ilmu yanh diperbolehkan ('ilm al-mubah)  adalah seperti ilmu sastra,  syair, ilmu sejarah,  dsb.

Semua ilmu yanh digariskan ajaran Islam harus dijewantahkan melalui pendidikan sejak dini,  karena anak sejak kecil telah memiliki insting kejiwaan-keilmuan yang harus dibangun melalui pendidikan.

Menurut al-Ghazali, anak kecil itu laksana kertas putih yang suci yang bisa dituliskan kepadanya sesuai lingkungannya. Selaras dengan kaum empirisme seperti John Locke dan Hume,  yaitu konsep Tabula Rasa.

Al-Ghazali sebagaimana empirisme Locke dan Hume,  berpandangan bahwa anak itu berpotensi secara sama ('ala haddin sawa')  untuk menerima yang baik dan yang buruk. 

Al-Ghazali memberikan batasan-batasan berkaitan dengan potensi bawaan dan pengaruh lingkungan,  watak/tabiat, dan pemebentukan watak/tabiat, atau apa yang disebut dengab Nature dan Nurture (sifat dasar dan rekayasa budaya). Kedua hal itu menggambarkan bahwa adanya perbedaan watak/pribadi seseorang tidak semata-mata dapat dikembalikan ke pendidikan,  artinya bahwa pendidikan bukan satu-satunya pembentuk pribadi seseorang tetapi watak bawaan juga berpretensi baginya.

Tujuan akhir yang ingin dicapai melalui pendidikan menurut al-Ghazali adalah tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tujuan itu tampak bernuansa religius dan moral tanpa mengabaikan masalah duniawi.

Tujuan pendidikan yang diinginkan al-Ghazali adalah *taqqarub* kepada Allah SWT dan kesempurnaan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam bukunya *Ihya 'Ulum al-Din* al-Ghazali menyatakan bahwa dunia adalah ladang tempat persemaian benih-benih akhirat.  Dunia adalah alat yang menghubungkan seseorang dengan Allah.  Sudah barang tentu, bagi orang yang menjadikan dunia hanya sebagai alat dan tempat persinggahan, bukan bagi orang yang menjadikannya sebagai tempat tinggal yang kekal dan negeri yang abadi.

🔐 Guru Ideal Menurut Al-Ghazali

Pendidik ialah tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan.

Pendidik adalah orangtua dan orang dewasa lain yang bertanggungjawab tentang kedewasaan anak.

Setiap orang dewasa wajib mendidik dirinya sendiri,  membimbing,  dan menuntunnya ke jalan kebaikan. Sejauh mana ia menjalankan kebaikan,  sejauh itu pula nilai dirinya.

Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik,  yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi psikomotorik,  kognitif maupun potensi afektif.

Setiap pendidik akan mempunyai pengaruh terhadap anak didik,  pengaruh tersebut akan terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan bai dengan sengaja, maupun tidak sengaja melalui sikap,  gaya,  dan macam-macam penampilan kepribadian pendidik.

Pendidik yang pertama dan utama adalah orangtua (Ayah dan Ibu). Sukses anak adalah sukses orangtua juga. Orangtua adalah pendidik kodrati.

Tugas guru/pendidik dalah ilmu pendidikan Islam,  yaitu:
🔸Membimbing anak didik mencari pengenalan terhadap kebutuhan,  kesanggupan,  bakat,  minat,  dsb.
🔸Menciptakan situasi untuk pendidikan,  yaitu suatu keadaan dimana tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasil memuaskan.

Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki berbagai kompetensi keguruan.  Kompetensi dasar ditentukan oleh tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang dimilikinya.

Potensi dasar itu adalah milik individu sebagai hasil proses yang tumbuh karena adanya inayah Allah SWT,  personifikasi ibu waktu mengandung dan situasi yang mempengaruhinya baik langsung maupun melalui ibu waktu mengandung atau faktor keturunan.

Al-Ghazali berpendapat bahwa kedudukan guru merupakan kedudukan paling mulia setelah Nabi.

Menurut al-Ghazali guru sebagai seorang yang menyampaikan suatu yang baik,  positif,  kreatif atau membina kepada seseorang yang berkemauan tanpa melihat umur walaupun terpaksa melalui pelbagai cara dan strategi dengan tanpa menghataokab ganjaran (gaji).

Menurut al-Ghazali bahwa guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya,  juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.

Selain sifat-sifat tersebut, guru juga harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
🌷 Guru harus memiliki rasa kasih sayang yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tentram pada diri peserta didij terhadapnya.
🌷 Guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarkan ilmu,  guru harus meniru Rasulullah Saw yang mengajarkan ilmu hanya karena Allah SWT.
🌷 Guru hendaknya berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan peserta didiknya.
🌷 Dalam mengajar hendaknya menggunakan cara yang simpatik,  halus,  dan tidak menggunakan kekerasan (cacian,  makian,  dsb).
🌷 Guru harus tampil sebagai teladan atau panutan (mampu bersikap toleran,  menghargai keahlian oranglain,  dan tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannya) yang baik dihadapan peserta didiknya.
🌷 Guru harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki peserta didiknya secara individual.
🌷 Guru harus memahami bakat,  tabiat,  dan kejiwaab peserta didik sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.
🌷 Guru yang berpengang teguh kepada prinsip yang diucapkannya,  serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa.
🌷 Guru hendaknya memandang peserta didik seperti anaknya sendiri;  menyayangi dan memeperlakukan mereka seperti layaknya anak sendiri.

Kompetendi profesional guru sangat ditekankan oleh al-Ghazali dimana (a) guru harus profesional dalam mendekati aspek kejiwaan dan watak peserta didik;  (b)  guru hendaknya mendidik peserta didik dengan cara-cara yang baik (keteladanan)  yang bisa menumbuhkan etika dan perilaku yang baik dalam pergaulan sosial; dan (c)  guru harus mampu memberikan layanan terbaik bagi peserta didik dan masyarakat pengguna pendidikan.

Kualifikasi kompetensi profesional guru dibagi dalam tiga tingkatan,  yaitu:
🔰Kapabilitas personal yakni guru diharapkan memiliki pengetahuan,  kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebib mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif.
🔰Sebagai inovator yakni guru sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan, reformasi, dan sekaligus penggagas ide pembaharuan yang efektif.
🔰Sebagai developer yakni guru harus memiliki visj keguruan yang mantap dan luas spektifnya.

Guru disarankan memiliki rouping atau panggilan hati nurani untuk melakukan kegiatan pembelajaran/pendidikan.

Guru harus ikhlas,  sebagai nyawa keberlangsungan proses pembelajaran yang efektif,  sebagaimana dikatakan al-Ghazali mengenai Ta 'min Al-Musir, "Persaksian dan pengalaman menunjukkan bahwa sesungguhnya cinta itu melampuai segala sesuatu yang meliputi dan berkenaan dengan diri pribadi yang dicintainya... Barangsiapa mencintai Allah berarti ia mencintai segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya,  dan siapa yang mencintai manusia berarti ia mencintai pekerjaan,  garis hidup,  dan semua perilakunya".

Rumusan kode etik guru menurut al-Ghazali,  adalah:
1. Menerima segala problem peserta didkk dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah.
2. Bersikap penyantun dan penyayang.
3. Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak.
4. Menghilangkan dan menghindari sikap angkuh terhadap sesama.
5. Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.
6. Menghilangkan aktivitas yang tidaj berguna dan sia-sia.
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapu peserta didik yang tingkat IQ-nya rendah,  serta membinanya sampai dalam taraf maksimal.
8. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didiknya.
9. Memeperbaiki sikap peserta didiknya dan bersikap lemah lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar berbicara.
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik,  terutama pada peserta didik yang belum mengerti dan belum mengetahui.
11. Berusaha memeperhatikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, walaupun pertanyaan itu tidak bermutu dan tidak sesuai dengan masalah yang diajarkan.
12. Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik.
13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan,  walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.
14. Mencegah dan mengontrol peserta memepelajari ilmu yang membahayakan.
15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus-menerus mencari informasi guna disampaikan pada peserta didik yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub kepada Allah SWT.
16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardu kifayah sebelum mempelajari ilmu fardu a'in.
17. Mengaktualisasikan informasi yang diajarkan.

Usaha yang harus dilakulan seorang guru agar apa yang dilakukan dalam tugasnya benar-benar dapat menjadi motivator bagi peserta didik ialah:
🔻Dengan sengaja:
1. Guru memberikan hadiah atau hukuman
2. Melibatkan harga diri dan memberitahu hasil prestasi atau karya peserta didik
3. Memberikan tugas-tugas kepada mereka
4. Mengadakan kompetisi belajar yang sehat di antara mereka
5. Sering mengadakan ulangan
🔻Dengan spontan:
1. Mengajar dengan cara yang dapat menyenangkan peserta didiknya,  sesuai dengan individualisasi
2. Menimbulkan suasana yang menyenangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar