🍂Pandangan Ibnu Sina Terhadap Pendidikan Islam🍂
📝 @ArtieTeja
📚 Pemikiran Pendidikan Islam (Gagasan-gagasan Besar Para Ilmuwan Muslim) -Abu Muhammad Iqbal
Islam mempunyau pandangan yang komprehensif terhadap hidup dan ilmu pengetahuan.
Ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan kehidupan.
Islam memandang sebaik-baiknya manusia, lebih-lebih utama ialah orang yang dapat menguasai sebanyak mungkin cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh Islam yang paling berjaya dan berjasa dalam menguasai beberapa cabang ilmu ialah Ibnu Sina, beliau tidak hanya ahli kedokteran kelas dunia tetapi seorang yang cakap juga di bidang sains dan falsafah.
Beliau adalah anak yang luar biasa kepandaiannya (*chlid prodigy*), ia belajar ilmu kedokteran secara orodidak dan mendalam. Beliau memiliki kecerdasan yang luar biasa, yaitu:
🔸Pada usia 5th di kota kelahirannya, Bukhara. Pengetahuan yang ia pelajari adalah al-Qur'an, setelah itu ia mempelajari ilmu-ilmu agama Islam.
🔸Pada usia 10th telah hafal al-Qur'an dan 'alim dalam berbagai ilmu keislaman seperti tafsir, fiqih, kalam, filsafat, logika, dan pengobatan.
🔸Pada usia 17th, ia telah memahami seluruh teori kedokteran yang ada di masanya dan melebihi siapa pun juga.
🔸Pada usia 18th memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan dan menemukan bahwa "*kedokteran tidaklah ilmu yang suliy ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat-obat yang sesuai*".
Menurut Ibnu Sina "*masa muda sangat menentukan keberhasilan seseorang*".
Karya beliau yang paling terkenal *Al-Qanun fi al-Thibb* yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Selain bidang tersebut beliau juga memliki pemikiran tentang konsep pendidikan Islam. Membahas pendidikan tidak terlepas dari kajian tentang hakikat manusia.
Ibnu Sina memiliki pandangan tentang hakikat manusia, tentang konsep jiwa. Secara garis besar, manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Ia juga menganut paham pancaran (emanasi). Dari Tuhan memancarkan akal pertama dan dari akal pertama memancar akal kedua dan langit pertama; demikian seterusnya sehingga tercapai akal kesepuluh dan bumi.
Ibnu Sina berpendapat bahwa akal pertana mempunyai dua sifat yaitu: (1) sifat wajib wujudnya, sebagai pancaran dari Allah (*wajib al-wujud li ghairih*); dan (2) sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya (*mumkin al-maujud li dzatih*).
Ibnu Sina membagi jiwa dalam tiga bagiab yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Sesuai ajaran yang terkandung dalam al-Quran pembagian jiwa tersebut adalah:
1. Jiwa tumbuh-tumbuhan (nabatiyah) ⏩ ghadziyah (makan), munmiyah (tumbuh), dan muwallidah (mereproduksi).
2. Jiwa binatang (hayawaniyah) ⏩ hayawaniyah muhrikah (menggerakkan) dan hayawaniyah mudrikah (menanggap/menangkap dari penginderaan terhadap rangsangan-rangsangan yang dapat daru luar dan yang datang dari dalan jiwa/dalam diri sendiri).
3. Jiwa manusia (insaniyah/al-nafs al-nathiqat) ⏩ al-amilah (daya praktis/jasad/akal), al-alimah (daya intelegensia teoritis).
Menurut Ibnu Sina untuk meningkatkan kualitas jiwa dan akal manusia diperlukan latihan-latihan berupa penelitian dan pendidikan.
Beliau menjelaskan bahwa sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga jiwa itu yang berpengaruh pada dirinya.
Ibnu Sina membedakan antara jiwa dan jasad, kesatuan antara keduanya bersifat accident. Hancurnya jasad tidak membawa kepada hancurnya roh (jiwa). Akan tetapi jiwa yang kekal adalah jiwa insaniyah dimana kelak akan mendapatkan pembalasan di akhirat, sedangkan jiwa tumbuh-tumbuhan dan hewan akan hancur bersama hancurnya jasad
Jiwa memiliki kedudukan sangat penting daripada jasad, hal ini berimplikasi kepada konsepnya tentang pendidikan yang mengutamakan pendidikan jiwa.
*Gagasan Pokok Tentang Pendidikan*
Ibnu Sina menerangkan tujuan pendidikan memiliki tiga fungsi yang kesemuanya bersifat normatif menurut, yaitu:
1. Tujuan itu menentukan haluan bagi proses pendidikan.
2. Tujuan itu bukan hanya menentukan haluan yang dituju tetapi juga sekaligus memberi rangsangan.
3. Tujuan itu adalah nilai dan jika dipandang bernilai, dan jika diinginkan tentulah akan mendorong pelajar mengeluarkan tenaga yang diperlukan untuk mencapainya.
Tujuan itu mempunyai fungsi menjadi kriteria dalam memulai proses pendidikan.
Beliau mengemukakan bahwa tujuan pendidikan, yaitu:
🔰Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti.
🔰Pendidikan diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang dimilikinya.
Berikut tujuan pendidikan secara khusus menurut Ibnu Sina:
✏ *Pendidikan yang bersifat jasmani* merupakan pembinaan fisik dab segala sesuatu yang berkaitan dengannya, diharapkan seorang anak akan terbina pertumbuhan fisiknya dan cerdas otaknya.
✏ *Pendidikan yang bersifat keterampilan* diharapkan bakat dan minat anak dapat berkembang secara optimal dan akan memunculkan tenaga-tenaga pekerja prpfesional yang mpu mengerjakan pekerjaan secara profesional.
✏ *Pendidikan budi pekerti* diharapkan seorang anak memiliki kebiasaan bersopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari dan sehat jiwanya.
✏ *Pendidikan kesenian* diharapkan dapat mempertajam perasaan dan meningkatkan daya khayal.
Tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang berkepribadian akhlak mulia, beliay mengemukakan bahwa ukurab akhlak mulia tersebut dijabarkan secara luas meliputi segala aspek kehidupan manusia, yaitu aspek pribadi, sosial, dan spiritual.
Pembentukan akhlak mulia ini juga bertujuan untuk mencapai *kebahagiaan (sa'adah)*, dimana kebahagiaan dapat diperoleh manusia secara bertahap.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina adalah *mengembangkan potensi anak didik secara optimal sehingga memiliki akal yang sempurna, akhlak yang mulia, sehat jasmani dan rohani serta memiliki keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga ia memperoleh kebahagiaan (sa'adah) dalam hidupnya*.
*Kurikulum Pendidikan*
Kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik untuk mencapai tujuan tertentu.
Rumusan kurikulum Ibnu Sina didasarkan kepada tingkat perkembangan usia anak didik, yaitu:
👉 Usia 3-5th, anak perlu diberi mata pelajaran olah raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian. Keseluruhannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia anak didik serta bakat yang dimilikinya. Lebih ditekankan pada aspek afektif/pendidikan akhlak.
👉 Usia 6-12th, mencakup mata pelajaran membaca dan menghafal al-Quran, pelajaran agama, ketrampilan, pelajaran sya'ir, dan pelajaran olah raga. Pelajaran al-Quran dan agama yang paling utama diberikan kepada anak yang sudah mulai berfungsi rasionalitasnya. Pelajaran ketrampilan/vokasional diperlukan untuk mempersiapkan anak agar mampu mencari penghidupannya kelak. Usia ini sudah mulai menyentuh aspek kognitif dan psikomotorik, karena mengingat pada usia ini otak anak didik telah berkembang dan mulai mampu memahami persoalan yang abstrak.
👉 Usia 14th ke atas, mata pelajaran yang harus diberikan pada anak usia ini sangat banyak jumlahnya namun perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat anak. Perlu adanya pertimbangan dengan kesiapan anak didik, dengan demikian anak akan memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran tersebut dengan baik. Pendidik perlu memilih jenis pelajaran yang berkaitan dengan keahlian tertentu yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh anak didiknya. Usia ini anak diarahkan untuk menguasai suatu bidang ilmu tertentu (spesialisasi bidang keilmuan).
Konsep kurikulum Ibnu Sina memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
📌 Dalam penyusunan kurikulum hendaknya mempertimbangkan aspek psikologis anak.
📌 Kurikulum yang diterapkab harus mampu mengembangkan potensi anak secara optimal dan harus seimbang antara jasmani, intelektual, dan akhlaknya.
📌 Kurikulum yang ditawarkan bersifat pragmatis-fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang dipelajari sesuai dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pasar (marketing oriented).
📌 Kurikulum disusun harus berlandaskan kepada ajaran dasar dalam Islan, yaitu al-Quran dan sunnah sehingga anak didik akan memiliki iman, ilmu, dan amal secara integral.
📌 Kurikulun yang ditawarkan adalah kurikulum berbasis akhlaj dan bercoraj integralistik (terintegrasi antara iman, ilmu, dan amal).
*Metode Pembelajaran*
Pemilihan dan penetapan metode pembelajaran harus memepertimbangkan karakteristik dari masing-masing materi pelajaran, mempertimbangkan tingkat perkembangan/psikologis anak.
Metode yang digunakan Ibnu Sina adalah talqin, demontrasi, pembiasaan/teladan, diskusi, magang, penugasan, dan reward-punishment (targhib dan tarhib).
Pada metode talqin perlu digunakan dalam mengajarkan membaca al-Quran, mulai dengan cara memperdengarkan bacaan al-Quran sebagian demi sebagian, mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang, hingga akhirnya ia hafal.
Ada 4 karakteristik metode Ibnu Sina, yaitu:
1. Pemilihab dan penerapan metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran.
2. Metode juga diterapkan dengan mempertimbangkan psikologis anak, termasuk bakat dan minat.
3. Metode yang ditawarkan tidaklah kaku, akan tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
4. Ketetapan dalan memilih dan menerapkan metode sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
*Aktualisasi Pemikiran IbnuSina di Zaman Sekarang*
Aktualisasi pemikiran Ibnu Sina bisa menjadi pendidikan alternatif dalam mewujudkan pendidikan Islan yang mampu menjawab tantangan zaman, adapun yang perlu mendapat perhatian dari pemikiran Ibnu Sina adalah:
🍃 Pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD). Anak usia dini perlu diperhatikan secara serius dan harus mendapatkan pendidikan yang maksimal terutama dalam hal pembiasaan anak melakukan perbuatan-perbuatab yang baik, karena masa ini akan menentukan karakter dan tingkat perkembangan pendidikan anak pada masa yang akan datang.
🍃 Pentingnya pendidikan akhlak sebagai caracter building bagi anak.
🍃 Pendidikan al-Quran sebagai model, dengan upaya ini diharapkan anak akan merasa semakin dekat dengan al-Quran serta akan lahir generasi penerus Ibnu Sina sebagai "*ulama yang ilmuwan atau ilmuwan yang ulama*".
🍃 Pendidikan berorientasi kepada jiwa (al-nafs). Pengembangan potensi anak didik agar memiliki tingkat jiwa yang tertinggi. Konsep jiwa yang ditawarkan mencakup kecerdasan intelektuan, emosional, dan spiritual. Serta diperlukannya pendidikan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafsiyyah), dengan jiwa yang suci niscaya akan memudahkan anak didik menguasai berbagai ilmu yang pelajarinya serta memudahkan pula pembinaan kepribadiannya.
🍃 Perlu membangun paradigma pendidikan non-dikotomik atau pendidikan integralistik. Integralistik dapat dilihat antara jasad-rohani, teoritis-praktis, serta ilmu umum-ilmu agama. Bagaimana teori-teori yang dihasilkan tetap berlandaskan kepada ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar