Minggu, 04 Desember 2016

KONSEP LIFE SKILLS

Konsep Life Skills

Menurut Broling ( 1989 ) life skill atau kecakapan hidup adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri. (Depdiknas; 2003).

Tim Broad Based Education (BBE) menafsirkan kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara pro-aktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Richmond, menyatakan bahwa “lifeskills are the skills thus enable us to succed in the environments in which we live”. Memiliki kecakapan hidup akan membuat kita berhasil di  lingkungan manapun berada. Hal  tersebut dikarenakan anak mempunyai bekal yang  dapat  digunakan untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapinya. Dengan kecakapan hidup yang  dimiliki anak tidak akan merasa kesulitan dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ditemuinya.

Kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara.

Pilar Pendidikan, yaitu:
  • "learning to know" (belajar untuk memperoleh pengetahuan). 
  • "learning to learn" (belajar untuk tahu cara belajar). 
  • "learning to do" (belajar untuk dapat berbuat/ melakukan pekerjaan).
  • "learning to be" (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai dengan bakat, minat dan potensi diri).
  • "learning to live together" (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).

Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
  • Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill).
  • Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS), adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill).

Broling mengelompokan life skill ke dalam tiga kelompok kecakapan yaitu:
  • Kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), antara lain meliputi: pengelolaan kebutuhan pribadi. Pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
  • Kecakapan hidup pribadi/sosial (personal/social skill), antara lain, meliputi; kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang  rasa dan kepedulian pada sesama, hubungan antar personal, pemahaman dan pemecahan masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif kemandirian dan kepemimpinan.
  • Kecakapan hidup bekerja (occupational skill), meliputi, kecakapan memilih pekerjaan, perencahaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan sesuatu profesi, kesadaran untuk menguasai berbagai keterampilan, kemampuan menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa.

WHO mengelompokan kecakapan hidup ke dalam lima kelompok, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill), (2) kecakapan sosial (Social skill), (3) kecakapan berpikir (thingking skill), (4) kecakapan akademik (academic skill) dan (5) kecakapan kejujuran (Vocational skill).

Secara operasional, program kecakapan hidup dalam pendidikan non formal dibagi menjadi empat jenis yaitu :
  • Kecakapan pribadi (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, dan percaya diri.
  • Kecakapan sosial (social skill), seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial.
  • Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.
  • Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Seperti di bidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit), dan produksi barang tertentu (peternakan, pertanian, perkebunan).

Keempat jenis kecakapan hidup di atas, dilandasi oleh kecakapan spritual, yakni; keimanan, ketakwaan, moral, etika dan budi pekerti yang luhur sebagai salah satu pengamalan dari sila pertama Pancasila. Dengan demikian, pendidikan kecakapan hidup diarahkan pada pembentuka manusia yang berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, mandiri serta memiliki produktivitas dan etos kerja yang tinggi.

Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup pada satuan dan program pendidikan nonformal, utamanya dalam rangka pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran lebih ditekankan pada upaya pembelajaran yang dapat memberikan penghasilan (learning and earning).

Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup dengan pendekatan "broad based education" (BBE) pada jalur pendidikan non formal, ditandai oleh:
  • Kemampuan membaca dan menulis secara fungsional, baik dalam bahasa Indonesia maupun salah satu bahasa asing (inggris, arab, mandarin, jepang, dan lainnya).
  • Kemampuan merumuskan dan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses pembelajaran berpikir kritis dan ilmiah, penelitian, penemuan dan penciptaan.
  • Kemampuan menghitung dengan atau tanpa bantuan teknologi guna mendukung kedua kemampuan tersebut di atas.
  • Kemampuan memanfaatkan keanekaragaman teknologi diberbagai lapangang kehidupan (pertanian, perikanan, peternakan, kerajinan, kerumahtangga, kesehatan, komunikasi informasi, manufaktur dan industri, perdagangan, kesenian, dan olahraga).
  • Kemampuan mengelola sumber daya alam, sosial, budaya dan lingkungan.
  • Kemampuan bekerja dalam tim baik dalam sektor formal maupun informal.
  • Kemampuan memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
  • Kemampuan berusaha secara terus menerus dan menjadi manusia belajar dan pembelajar.
  • Kemampuan mengintegrasikan pendidikan dan pembelajaran dengan etika sosio-religius bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Lingkungan pendidikan anak usia dini berspektif life skills adalah menggabungkan fungsi psiko-sosial, kepribadian, fisik dan akademis dari seorang anak. Tugas pentingnya adalah untuk menyediakan dasar yang awal dan umum, dimana di dalamnya termasuk tingkah laku yang positif terhadap sekolah, inner security, kebiasaan untuk berinisiatif, kemampuan untuk mengambil keputusan, disiplin diri dan rasa tanggung jawab anggota kelas lainnya, sekolah dan komunitas. Dasar ini akan membuat anak-anak mampu untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang lebih spesifik dalam kehidupan sekolah mereka.

Montessori menganjurkan perlu adanya area yang berbeda mewakili lingkungan yang disediakan, yaitu:
  • Practical life memberikan pengembangan dari tugas organisasional dan urutan kognisi melalui perawatan diri sendiri, perawatan lingkungan, melatih rasa syukur dan saling menghormati, dan koordinasi dari pergerakan fisik.
  • The sensorial area membuat anak mampu untuk mengurut, mengklasifikasi dan menerangkan impresi sensori dalam hubungannya dengan panjang, lebar, temperatur, masa, warna, titik, dan lain-lain.
  • Mathematics memanfaatkan pemanipulasian materi agar anak mampu untuk menginternalisasi konsep angka, symbol, urutan operasi, dan memorisasi dari fakta dasar.
  • Language art yang di dalamnya termasuk pengembangan bahasa lisan, tulisan, membaca, kajian tentang grammar, dramatisasi, dan kesusesteraan anak-anak. Keahlian dasar dalam menulis dan membaca dikembangkan melalui penggunaan huruf dari kertas, kata-kata dari kertas pasir, dan berbagai prestasi yang memungkinkan anak-anak untuk menghubungkan antara bunyi dan simbul huruf, dan mengekpresikan pemikiran mereka melalui menulis.
  • Cultural activities membawa anak-anak untuk mengetahui dasar-dasar geografis, sejarah dan ilmu sosail. Musik, dan seni lainnya merupakan bagian dari kurikulum terintegrasi.
Orientasi Life Skills,  membangun  sikap  kemandirian,  untuk mendapatkan ketrampilan  sebagai bekal untuk bekerja  dan mengembangkan diri (skilled orientation).

Manfaat membekali anak dengan keahlian hidup, yaitu:
  • Skill of Life, memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup.
  • Survival of Life , mendidik anak agar selalu bersmangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
  • Thinking of Life, mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar