Hakikat Pengembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam komunikasi
manusia. Bahasa bersifat unik sekaligus bersifat universal bagi manusia. Dalam
kenyataan kegiatan sehari-hari kita amati bahwa hanya manusialah yang mampu
menggunakan komunikasi verbal dan kita amati pula bahwa manusia mampu
mempelajarinya.
Bahasa adalah satu aspek penting dalam perkembangan kognitif
dan dianggap sebagai kunci dari perkembangan kognitif. Melalui bahasa ,manusia dapat berkomunikasi
dan belajar tentang konsep-konsep dunia. Bahasa ialah satu sistem terstruktur melalui
bunyi-bunyi vokal dan urutan bunyi-bunyi yang digunakan untuk
berkomunikasi ( John, B.Carol).
Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa
dikemukakan oleh para ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa
dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa
anak, sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran
yang sesuai dengan tingkat usia anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara
lain:
- Teori "Behaviorist" oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.
- Teori "Nativist" oleh Chomsky", mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak. Saat seorang anak dilahirkan, ia telah memiliki serangkaian kemampuan berbahasa yang disebut "Tata Bahasa Umum" atau "Universal Grammar". Anak tidak sekadar meniru bahasa yang ia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Ini karena anak memiliki sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Menurut teori ini, anak perlu mendapatkan model pembelajaran bahasa sejak dini. Anak akan belajar bahasa dengan cepat, terutama untuk bahasa kedua, sebelum usia 10 tahun.
- Teori "Constructive" oleh Piaget, Vigotsky, dan Gardner, menyatakan bahwa perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain. Anak memiliki perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir. Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan. Dalam kegiatan itu, anak perlu didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap, akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Oleh karena itu, pendidik perlu menggunakan metode yang interaktif; menantang anak untuk meningkatkan pembelajaran dan menggunakan bahasa yang berkualitas.
Pada awal permulaan, fikiran dan bahasa berkembang secara
terpisah dan saling mempengaruhi. Bahasa berkembang tanpa fikiran dan
sebaliknya sampai anak berumur 2 tahun. Pada umur 2 tahun, fikiran dan bahasa
mulai berkait dimana kepahaman bahasa berkembang dan bahasa dijadikan sebagai
alat bantu dalam membuat pencapaian.
Tahap perkembangan bahasa berbicara anak secara umum terbagi
atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik
(1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata
kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu
kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang bcrupa keinginan,
perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama
yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah
disusul dengan kata kerja.
2.
Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak
berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat
sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri
dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek
dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan
tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang
digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri.
Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai
melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat
bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3.
Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita
yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak
dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan
saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu
mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian
kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang
“saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak,
awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak
mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu dan
bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada
anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
1. Tahap
eksternal. Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber
berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan
melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap
egosentris. Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari
pola bicara orang dewasa.
3. Tahap
Internal.Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu
penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
Vygotsky percaya bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh
faktor lingkungan sosial dan budaya. Melalui interaksi sosial dengan orang tua, guru, rekan,
orang dewasa lain, sekolah dan sebagainya. Bayi lahir dengan beberapa “fungsi
asas mental” (elementary mental function), yaitu perhatian, sensasi, persepsi
dan memori.
Menurut Vygotsky , selain berkomunikasi dengan orang lain
untuk mempelajari kemampuan baru atau kemampuan yang lebih sukar, anak-anak
juga berkomunikasi dengan diri mereka sendiri (egocentric speech)
Vygotsky berpandangan bahwa perkembangan kognitif adalah
hasil dari proses-proses atau aktivitas berbahasa. Anak usia dini belajar
tentang masyarakat dan penyelesaian masalah dari orang-orang sekeliling mereka
melalui bahasa.
Peran
bahasa:
1)
Menerangkan
dan menyampaikan berbagai masalah dan pengetahuan yang ada dalam masyarakat dan
budaya kepada anak-anak.
2)
Menjadi
alat penyelesaian masalah yaitu ditunjukkan oleh orang dewasa dan dicontohi
atau diikuti oleh anak-anak.
Bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi
juga berfungsi untuk mencapai tujuannya, misalnya:
1) Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan. Dengan
berbicara anak mudah untuk mcnjclaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus
menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya.
Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang
disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang
dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat untuk menarik perhatian orang
lain. Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang
lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian
Orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang
diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata
yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan
berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal-bagi orang tua, dan bahkan
dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi
“.ehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
3) Sebagai alat untuk membina hubungan sosial.
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk
dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan
berkomunikasi anak-anak Icbih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat
mempcroleh kescmpatan Icbih banyak untuk mendapat peran sebagai pcmimpin dari
suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri.
Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan
pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping
anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain
anak dapat mengevaluasi diri melalui orang lain.
5) Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan peiasaan
orang lain. Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang
tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau
tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mcngucapkan
kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan medal utama .bagi anak agar
diterima dan mendapat simpati dari lingkungannya.
6) Untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Dengan kemampuan berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat
mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi
teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik
juga dapat merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan
karena teman sebryanya menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.