Perkembangan sosial-emosional anak dimulai dari
sifat egosentris
(memandang permasalahan dari satu sisi), individual dan interaksi sosial. Anak-anak dapat mengekspresikan berbagai
emosinya dengan cara yang unik. Erik Erickson membagi perkembangan emosional ada 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap
trust vs mistrust (usia 0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi yang berkembang kepercayaanya dan juga kasih sayang. Anak
mendapat rangsangan dari luar, seperti lingkungan dan kasih sayang ibu, maka
anak akan merasa mampu dan unik dengan segala kelebihannya.
Anak akan merasa percaya diri, jika anak
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dari lingkungan dan anak akan merasa
curiga serta tidak percaya dengan orang lain, jika anak mendapatkan pengalaman
yang tidak menyenangkan dari lingkungan. Pada tahapan ini rangsangan positif dari luar sangatlah penting dalam
membentuk kepercayaan anak.
2. Tahap
autonomy vs shame and doubt (usia 2
tahun)
Pada tahap ini anak berkembang dari keterampilan fisik dan kompetisi
otonomi, dilain pihak kompetensi rasa malu anak
berkurang. Pada tahapan ini anak mampu menguasai peregangan atau pelemasan
seluruh otot tubuhnya yang selanjutnya anak akan mengembangkan rasa percaya
diri anak. Pada tahapan ini anak merasa mampu melakukan sesuatu dan marasa unik
dengan segala kelebihan yang dimilikinya dengan bebas, maka anak akan merasa
percaya diri. Tapi sebaliknya, bila lingkungan tidak memberikan kepercayaan dan
banyak mendikte maka anak akan tumbuh dengan rasa malu dan ragu-ragu. Pada
tahap ini orang dewasa perlu memberikan kesempatan pada anak untuk bereksperimen
dan bereksplorasi terhadap lingkungannya untuk mejadi serba bisa.
3. Tahap
initiative vs guilt (usia 3-5 tahun)
Keberhasilan menjadi inisiatif, tapi
dipihak lain kegagalan membuat
perasaan bersalah.
Pada tahapan ini anak harus dapat menunjukan sikap inisiatif, yaitu mulai lepas
dari ikatan orang tua, bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungan. Pada
masa ini tahap perkembangan emosionalnya lebih baik dari pada tahapan
sebelumnya, sehingga anak berpotensi untuk berkembang kearah yang positif
(kreativitas, banyak ide, imajinasi, berani mencoba, berani mengambil resiko
dan senang bergaul dengan teman sebayanya.
4. Tahap
industry vs inferiority (usia 6-11
tahun)
Tahapan ini merupakan masa kritis bagi anak
dalam mengembangkan rasa percaya dirinya. Masa ini anak sudah mampu bereksplorasi terhadap lingkungan. Anak sangat
antusias untuk belajar dan berimajinasi, sehingga anak dapat tumbuh dengan
sikap berkarya, berhasil, bermotivasi tinggi dan beretos kerja, untuk itu orang
tua harus mendukung dan memberikan respon positif.
Anak usia dini (0–8 tahun) adalah individu
yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat,
bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan, maka usia dini dikatakan
sebagai golden age (usia emas) yaitu
usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut
merupakan fase kehidupan yang unik. Selain tahap perkembangan, anak usia 0-8
tahun mempunyai beberapa karakteristik perkembangan sosial-emosional.
a. Usia
0-1 tahun, anak mempelajari komunikasi
sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan
lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
b. Usia
2-3 tahun, Anak mulai belajar mengembangkan
emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan menstimulasi,
karena emosi lebih banyak ditentukan
oleh lingkungan.
c. Usia
4-6 tahun, pola bermain anak masih bersifat
individu, tapi
aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
d. Usia
7-8 tahun, pada usia ini anak mulai ingin
melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan
kecenderungan anak selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
Anak mulai menyukai permainan sosial, bentuk permainan yang melibatkan banyak
orang dengan saling berinteraksi. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk
dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar