Sumber: Kedaulatan Rakyat, 15 Maret 2009.
Menurut
psikolog Aisya Torridho interaksi yang baik antara anak dan ayah, ternyata
sangat mempengaruhi kecerdasan emosi yang membuat seorang anak bisa tumbuh
menjadi sosok dewasa yang berhasil.
Peran ayah,
sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak. Ikatan emosional antara ayah dan
anak, ditentukan salah satunya oleh interaksi antara ayah dan anak itu sendiri.
Bagaimana seorang ayah yang sibuk bekerja di luar tetap bisa mempererat dan
menjalin ikatan emosional ini? Mengingat, sebenarnya banyak kendala yang
dihadapi seorang ayah untuk meluangkan waktunya merawat anak karena kesibukan
di luar.
Salah seorang
peneliti menemukan bahwa, para ayah yang mulai mengganti popok, memandikan, dan
mengasuh bayi mereka sejak dini, akan besar kemungkinan melakukan kegiatan
semacam itu pada bulan-bulan selanjutnya. Para ayah, akan menemukan saat-saat
indah dalam masa ini. Untuk masa awal adalah wajar bila terjadi
kesalahan-kesalahan karena yang perlu diingat merawat bayi perlu pengalaman
secara langsung, coba dan memperbaiki kesalahan (So nothing to loose. Try and
you’ll enjoy it). Karena bayi akan semakin mengenal kehadiran ayah, mengenali
wajah ayah, suara dan bau ayahnya.
Para ibu,
sebaiknya membiarkan para ayah ikut merawat dan mengasuh anak dengan gayanya
sendiri. Ketika bayi makin beranjak usia, lewatkan waktu bersama untuk bermain,
membaca buku atau melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi bayi yang mulai
merangkak. Ciptakanlah permainan-permainan yang menggairahkan, yang digemari
seperti kudda-kudaan, pesawat terbang atau sembunyi-sembunyian. Tentu saja,
disesuaikan dengan perkembangan anak.
Ketika anak
mulai beranjak usia sekolah, dia akan memulai kehidupan sosial yang baru.
Usahakan terlibat dalam kehidupan sosial anak, dengan mengenali misalnya dengan
siapa dia bergaul, nama teman-temannya, aktivitas yang dia lakukan bersama
temannya atau nama gurunya. Ayah juga harus jadi pendengar yang baik, meski
sibuk dengan pekerjaan. Luangkan waktu meski hanya 5 menit, jangan langsung
meng-iyakan agar anak lekas selesai bercerita, karena anak akan kecewa dan
membuat anak malas bercerita. Bila anak kecewa, kebiasaan anak untuk cerita dan
sharing akan menghilang. Jadi para ayah jangan mengeluh, jika suatu saat nanti
anak menjadi tidak terbuka, karena kebiasaan ini dimulai dari respons ayah yang
tidak mau jadi pendengar yang baik.
Mempercayai
anak dan memberikan kebebasan, sehingga anak akan tumbuh menjadi percaya diri
dan mandiri. Janganlah mendikte anak untuk melakukan sesuatu, namun berikanlah
pilihan, misalnya pilih A atau B dengan tetap membuka pilihan lain, selama
tidak bertentangan. Anak akan merasa dihargai dan bertanggung jawab dengan
pilihannya. Bertambah dewasa seorang anak, akan semakin bertambah kebutuhannya,
semakin beragam dan variatif. Jangan paksakan dan menganggap dia masih kecil
sehingga memperlakukan sebagai seorang bayi. Mereka membutuhkan perlakuan
sesuai dengan usianya. Bagi keluarga yang mendapatkan pertolongan dari nenek
atau saudara lainnya, usahakanlah jangan sampai mengganggu porsi sang ayah
dalam ikut aktif merawat bayi.
Sementara bila
ayah dinas luar atau tinggal terpisah berjauhan, usahakanlah tetap menjalin
komunikasi dengan baik, melalui telepon atau chatting internet. Moment ini,
juga sebagai pendewasaan bagi anak. Misalnya dengan mengatakan Ayah akan pergi
selama beberapa hari, ayah minta tolong agar ibu dan adik dijaga dengan baik.
Memberi
pelukan sebagai bentuk rasa sayang dan cinta terhadap anak. Seorang anak
mempunyai perasaan yang sensitif. Ia akan merasa sedih apabila kurang mendapat
sentuhan dan perhatian dari orangtuanya. Hal ini sangat mempengaruhi
perkembangan mental. Pelukan adalah suatu bentuk atau cara menjaga komunikasi
dan interaksi yang sehat dan positif dengan anak dan keluarga. Perhatian dan
kasih sayang adalah hak anak, maka jangan tunda memeluknya.
“Janganlah mendikte
anak untuk melakukan sesuatu namun berikanlah pilihan ......”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar