Istilah kecerdasan visual-spasial
muncul bersamaan dengan diketemukannya kecerdasan majemuk oleh Howard Gardner.
Sebab kecerdasan visual-spasial merupakan salah satu bagian dari 9 kecerdasan
majemuk yang dimunculkan olehnya. Howard Gardner mengenalkan dan mempublikasikan kecerdasan
ini pada tahun 1983.[1]
Kecerdasan
visual-spasial merupakan kemampuan untuk memahami gambar dan bentuk termasuk
kemampuan untuk mengintepretasi dimensi ruang yang tidak dapat dilihat. Anak
yang memiliki kecerdasan visual-spasial cenderung berpikir dengan gambar dan
sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film, gambar, dan
permainan dengan alat peraga. Anak-anak dengan kecerdasan visual-spasial juga
menyukai aktivitas menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa mengungkapkan diri
mereka melalui aktivitas seni.
Anak-anak
autis paling baik belajar secara visual dan menyusun segala sesuatu secara
visual (melalui penglihatan). Mereka suka melihat apa yang sedang dibicarakan
agar dapat memahaminya. Mereka menyukai gambar, grafik, peta, tabel, ilustrasi,
seni, puzzle, kostum, dan apapun yang
tertangkap mata.[2]
Anak yang cerdas visual-spasialnya berbakat untuk menjadi seorang arsitek atau
disainer di masa dewasanya nanti. Dalam bukunya Howard Gardner menyatakan hanya
sedikit anak berbakat di antara artis yang tidak buta, tetapi ada idiot savant seperti Nadia (Selfe,
1977), walaupun menderita autisme berat, anak prasekolah ini membuat lukisan
yang mewakili ketepatan dan kecerdikan paling luar biasa.[3]
Autisme adalah satu dari lima kelainan yang berada di bawah Pervasive Development Disorder (PDD),
yaitu kelainan neurologis yang ditandai dengan kelemahan akut dan meluas dalam
area pertumbuhan. Anak-anak dengan autisme biasanya menunjukkan kesulitan dalam
komunikasi verbal dan non-verbal, interaksi sosial, dan kegiatan bermain atau
bersenang-senang.[4]
Biasanya, dalam metode pembelajaran untuk anak autis disesuaikan dengan
kemampuan yang anak miliki, serta hambatan yang dimiliki anak saat mereka
belajar, serta gaya belajar atau learning
style pada masing-masing anak. Metode yang biasanya diberikan adalah
bersifat kombinasi dari beberapa metode. Meskipun tidak terlalu banyak, ada
juga anak yang menderita autisme yang memiliki respon yang baik terhadap
stimulus visual-spasial sehingga metode belajar yang menggunakan stimulus
visual-spasial sangat diutamakan bagi mereka.[5]
Menurut Dr. Hardiono,
gangguan autisme ditandai tiga gejala utama yaitu gangguan interaksi sosial,
gangguan komunikasi, dan gangguan perilaku yang stereotipik.[6] Dikatakan bahwa penderita autis
mempunyai kepekaan terhadap hal-hal yang bersifat
audio dan visual yang terstimulasi oleh kejadian sehari-hari. Dalam hal ini, Kuntz menggaris bawahi bahwa
kondisi tersebut sebagai kelebihan mereka.[7] Bisa
jadi, bila hal ini merupakan kekuatan pada penderita autis maka kekuatan inilah
yang menjadi peluang untuk membangun kemampuan mereka.
Sebagian anak autis yang memiliki respon terhadap stimulus visual-spasial
belajar lebih baik dengan menggunakan penglihatannya. Ciri anak autis dengan
kekuatan visual-spasial adalah senang mainan puzzle, bentuk-bentuk, TV terutama film kartun, menyukai huruf,
angka, dan kadang-kadang dapat membaca tanpa diajari. Media gambar
dianggap efektif dalam pembelajaran anak autis. Dengan
diperlihatkan gambar, anak autis dapat berkonsentrasi. Dengan melihat visualisasi tersebut, anak autis meyerap dan menerima
informasi lebih lama. Alat bantu visual dapat membantu anak autis mengerti
tentang sesuatu, mengeri konsep, menyatakan keinginannya, membantu
berkomunikasi dengan cara lain.
Autisme masa
kanak-kanak merupakan gangguan pervasive
yang ditandai dengan adanya kelainan atau ganguan perkembangan yang muncul
sebelum usia tiga tahun. Ganguan ini ditandai oleh adanya hambatan dalam bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku serta minat yang terbatas dan diulang-ulang.
Gangguan tersebut bersumber pada gangguan otak bagian interaksi sosial dan
komunikasi, sehingga para penyandang autism mengalami kesulitan pada komunikasi
verbal dan non verbal, interaksi sosial, aktivitas bermain dan bersantai.
Kesulitan ini menyebabkan anak kesulitan melakukan interaksi dengan orang lain
atau dunia luar. Autisme
merupakan gangguan perkembangan pada anak-anak yang bercirikan anak seolah-olah
hidup dengan dirinya sendiri dan seperti tidak ada kontak dengan orang lain.[8]
Dalam pedoman kurikulum untuk autisme terdapat materi yang mengembangkan
kecerdasan visual-spasial yaitu materi pre-akademik terdiri dari:[9]
1)
Mencocokkan
a)
benda-benda
yang identik.
b)
bentuk
yang identik.
c)
Warna
yang identik.
d)
Asosiasi
(hubungan) antara berbagai benda.
2)
Menyelesaikan
aktivitas sederhana secara mandiri.
a)
Menyatukan
pola.
b)
Menjahit
pola.
c)
Menempel
saku.
3)
Identifikasi
warna (mengidentifikasi warna pola).
4)
Identifikasi
bentuk (mengidentifikasi bagian-bagian pola).
Sehingga diharapkan dengan My Costume dapat memberikan efek pemfokusan dalam pembelajaran
visual-spasial yang berimpilkasi pada perkembangan keceerdasan visual-spasial
anak usia dini autis. Pengembangan My
Costume akan dispesifikasikan pada aspek perkembangan pre-akademik yaitu
mencocokan, menyelesaikan aktivitas sederhana secara mandiri, identifikasi
warna, dan identifikasi bentuk.
[1]
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia (Bandung : Kaifa, 2011), hlm. 70.
[2]
George S. Morisson, Dasar-Dasar ..............., hlm: 86.
[3]
Howard Gardner, Multiplle .................., hlm. 46.
[4]
George S. Morisson, Dasar-Dasar................, hlm: 327.
[5]
Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak
Berkebutuhan Khusus (Yogyakarta: Katahati, 2010), hlm. 106.
[6]
Kosasih. E, Cara Bijak Memahami Anak
Berkebutuhan Khusus, Cet.1 (Bandung:
Yrama Widya, 2012), hlm.45-46.
[7]
Anne Nurfarina, Penelitian: Kreatif Dalam Konteks Pendidikan Seni Bagi Anak Autis
(Sebuah Tinjauan Teoritis tentang Kreativitas),(Bandung: DKV STISI Telkom,
2011), hlm 13.
[8]
Edi Purwanta, Modifikasi..............,
hlm 115.
[9]
Yayasan Autisme Indonesia, Panduan Kurikulum Untuk Autisme Kemampuan
Awal, (Jakarta: YAI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar